Bagikan:
JAKARTA - Setiap tahun datangnya bulan Ramadan di Indonesia tak hanya diidentikkan dengan ibadah dan puasa, tapi juga dengan aroma harum dari berbagai kue-kue tradisional yang mulai menghiasi meja makan.
Salah satunya adalah kue nastar, sebuah ikon lezat yang tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di tanah air.
Sejarah kue nastar di Indonesia memiliki akar yang kuat, merayap dari masa ke masa, mempertemukan berbagai budaya, tradisi, dan rasa dalam sebuah kreasi kuliner yang tak terlupakan.
Menelusuri jejak kue nastar mengantarkan kita pada sebuah perjalanan yang memperlihatkan bagaimana kue ini menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran di Indonesia.
Meskipun istilah "nastar" berasal dari bahasa Belanda "ananas" yang berarti nanas, sejarah kue ini sebenarnya melibatkan perpaduan budaya dari berbagai belahan dunia. Nanas sendiri, buah tropis yang kaya akan rasa dan sering digunakan dalam kue, telah diperkenalkan oleh bangsa Spanyol ke Filipina dan kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, pada masa penjajahan.
Kehadiran nanas dalam kue-kue tradisional Indonesia menjadi langkah awal dalam penciptaan kue nastar. Namun, sejarah kue ini benar-benar diwarnai ketika Belanda menjajah Indonesia pada abad ke-19. Penjajahan Belanda membawa banyak pengaruh baru, termasuk dalam bidang kuliner. Kue nastar menjadi salah satu bukti nyata dari perpaduan budaya antara Indonesia dan Belanda.
Awalnya, kue nastar mungkin hanya dikenal di kalangan elit atau keturunan Belanda di Indonesia. Namun, seiring berjalannya waktu, kue ini merambah ke berbagai lapisan masyarakat. Resepnya yang relatif sederhana dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan membuat kue nastar semakin populer di kalangan masyarakat umum, khususnya menjelang dan selama bulan Ramadan.
Selain itu, faktor historis seperti perjuangan kemerdekaan Indonesia juga memainkan peran dalam popularitas kue nastar. Kue ini menjadi semacam simbol perayaan kebebasan dan kemerdekaan, di mana setiap gigitannya memaknai sebuah perjuangan dan kebanggaan akan identitas bangsa.
Tak bisa dipungkiri, kue nastar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi perayaan Lebaran di Indonesia. Di setiap rumah, aroma kue nastar yang harum mulai tercium beberapa hari sebelum hari raya tiba. Ini menjadi tanda bahwa persiapan menyambut Lebaran telah dimulai.
Tradisi membuat kue nastar juga telah menjadi momen berharga bagi keluarga. Banyak dari kita memiliki kenangan manis tentang proses pembuatan kue nastar bersama ibu, nenek, atau anggota keluarga lainnya. Ini bukan hanya sekadar aktivitas memasak, tetapi juga kesempatan untuk berkumpul, berbagi cerita, dan merajut kebersamaan yang tak ternilai harganya.
Meskipun memiliki akar yang kuat dalam tradisi, kue nastar juga terus mengalami inovasi dan perkembangan. Di era modern ini, kita bisa menemukan berbagai variasi nastar mulai dari nastar cokelat, keju, hingga dengan isian buah-buahan lainnya. Ini menunjukkan fleksibilitas dan kreativitas dalam menjaga keberlanjutan sebuah tradisi.
Selain itu, kue nastar juga telah merambah ke pasar global. Di luar Indonesia, kue ini juga mendapat sambutan hangat sebagai salah satu kue khas Indonesia yang lezat dan unik. Hal ini menunjukkan betapa kue nastar telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan kuliner Indonesia yang patut diakui di dunia internasional.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 24 Mar 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 25 Mar 2024