Bagikan:
Bisnis kedai kopi dengan style vintage atau oldtown makin hari kian menjamur di Banjarmasin. Memanfaatkan spot-spot bangunan lawas, aneka coffeeshop ini bakal membawa Anda meresapi nuansa jadulnya kota seribu sungai tempo dulu.
Ambil contoh, kedai Niaga Kopi yang berdiri di Jalan Niaga Utara, Banjarmasin Tengah. Dicetus sejak November 2019 lalu, coffeeshop satu ini beroperasi pada ruko tua dua lantai di tengah kawasan Pasar Baru yang legendaris.
Dulunya, area ini memang jantungnya perdagangan Kota Banjarmasin. Seiring waktu, deretan ruko di kawasan itu mulai ditinggalkan, meski sebagian masih beroperasi.
Kendati begitu, menurut Ucup, barista di Niaga Kopi, kondisi ini membuat kesan kota tua makin terasa. Berangkat dari hal itu mereka memutuskan untuk memilih wadah ini.
"Disaat yang lain berlomba-lomba untuk membentuk kedai kopi bernuansa lama, kami membuat niaga kopi memiliki kesan itu sacara alamiah," tuturnya.
Perkembangan gaya vintage yang kembali bersinar juga membuat beberapa kedai kopi lainnya berkiblat pada konsep ini. Contoh lain, ada coffeeshop Kota Lama yang berdiri di kawasan Simpang Hasanuddin, Banjarmasin Tengah.
Sama seperti Pasar Baru, area ini juga dikenal sebagai wadah yang dulunya menjadi area bisnis perdagangan barang dan jasa Kota Banjarmasin. Seiring waktu, pamornya makin meredup dan bangunan di sekitarnya tak beroperasi.
Kota Lama, beroperasi di tengah deretan ruko itu. Menurut owner Kota Lama Koffie, Happy Bima, ia memang sudah lama mengincar wilayah ini untuk menjadi wadah bisnisnya. Sampai kemudian pada pertengahan tahun 2019 lalu, ia berhasil menyewa tempat yang satu ini.
"Ini kan kawasan kota tua. Ekonomi pernah bagus di sini, hingga akhirnya mati. Kita coba hidupkan kembali,” tuturnya.
Beberapa pencinta kopi menuturkan bahwa konsep kedai kopi yang menarik bakal juga mempengaruhi intensitas berkunjung mereka ke
kedai kopi tersebut. Seperti Dewi Fortuna R, warga Banjarmasin. Dia menuturkan bahwa kualitas rasa kopi juga mempengaruhi kedai kopi tersebut, untuk konsep atau desain kedai itu nomer dua. Namun kedai kopi yang mempunyai ciri khas mulai dari rasa hingga konsep kedai itu yang utama.
Dewi menilai bahwa soal rasa kedai kopi “indie” atau kedai kopi yang tidak memiliki cabang mempunyai rasa yang lebih unggul dibanding kedai kopi franchise.
Berbeda dengan Dewi, Alfi yang juga pecinta kopi menyebutkan bahwa beberapa faktor menjadi acuan utama dalam pemilihan kedai kopi favoritnya. “Yang pertama aku mempertimbangkan produk kopi nya sendiri, mulai dari penyajiannya, teknik barista nya, pemilihan biji kopinya dan yang terpenting after taste dari kopi tersebut," kata Alfi.
“Kalau masalah lebih penting desain arsitektur kedai atau cita rasa kop sendiri, aku pikir kedua komponen ini sama penting. Gimana kita bisa menikmati kopi yang enak kalau desain kedainya pun tidak mendukung, akhirnya rasa yang dihasilkan tidak mencapai top
level ibaratnya," tambahnya.
Memang, menurut dia, ada kedai kopi yang sudah menghadirkan quality control yang sempurna. Namun, masalah lain datang saat tempatnya tidak nyaman. Praktis, menurutnya,akan sulit menikmati budaya hangout yang ditawarkan kedai itu.