Banjar Update

10 Buku Bisnis Pilihan 2025 untuk Menavigasi Dunia AI dan Ketidakpastian

  • Sepuluh buku bisnis terkemuka tahun 2025 yang membentuk cara para pemimpin memahami strategi, teknologi, dan organisasi di era digital.
Banjar Update
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Author

JAKARTA - Sejumlah buku bisnis terkemuka disebut-sebut sebagai karya yang paling memengaruhi cara para pemimpin memandang strategi, teknologi, dan pengelolaan organisasi tahun ini.

Tak hanya memaparkan teori, buku-buku ini juga menghadirkan perspektif praktis tentang bagaimana para pemimpin bisa menyesuaikan diri di tengah perubahan pesat era digital.

Mengutip QZ.com pada Senin, 24 November 2025, ada 10 judul yang dianggap mampu mengubah cara berpikir para pelaku bisnis yang ingin terus bertarung di industri.

Mulai dari kepemimpinan berbasis data, pengelolaan hambatan dalam organisasi, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan untuk mengambil keputusan di tengah ketidakpastian, seluruh buku ini menjadi referensi penting bagi mereka yang ingin memperkuat strategi dan daya saing di dunia bisnis modern. Berikut daftar lengkapnya.

Pemimpin Era AI: The Algorithmic Leader

Salah satu buku yang paling menonjol adalah The Algorithmic Leader karya Mike Walsh. Walsh berargumen bahwa pemimpin masa depan harus mampu “berpikir seperti mesin tanpa kehilangan kemanusiaannya.” Ia menawarkan kerangka kerja untuk kolaborasi manusia–mesin yang etis, adaptif, dan tetap berorientasi pada nilai-nilai manusia.

Menghilangkan Hambatan Organisasi: The Friction Project

Dalam The Friction Project, Robert I. Sutton dan Huggy Rao membahas bagaimana proses birokratis dan hambatan kecil dalam organisasi dapat mengurangi inovasi. Berdasarkan riset Stanford, keduanya menekankan pentingnya mengurangi “friction” sebagai frontier manajemen yang baru.

Baca juga : Saham GOTO Melesat, Pasar Sambut CEO Baru Hans Patuwo

Inovasi Keluar dari Silicon Valley: The Rise of the Rest

The Rise of the Rest karya Steve Case menyoroti pergeseran pusat inovasi dari Silicon Valley ke kota-kota menengah di Amerika Serikat. Case menggambarkan bagaimana startup unggulan kini tumbuh di luar pusat modal ventura tradisional, membuka peluang baru dalam ekosistem inovasi.

Kekuatan Bertanya: How to Fall in Love With Questions

Elizabeth Weingarten melalui How to Fall in Love With Questions menganalisis bagaimana manusia mengambil keputusan di bawah tekanan. Ia menegaskan bahwa kerentanan dan rasa ingin tahu sering kali lebih efektif daripada rasa yakin yang kaku dalam situasi tidak pasti.

Memahami Dunia yang Tidak Pasti: Radical Uncertainty

Dalam Radical Uncertainty, Mervyn King dan John Kay menolak anggapan bahwa ketidakpastian adalah kelemahan. Keduanya berpendapat bahwa dunia nyata memang bekerja dalam ketidakpastian, sehingga pemimpin harus mampu membuat keputusan tanpa mengandalkan prediksi yang sempurna.

Ekonomi AI: Power and Prediction

Power and Prediction karya Ajay Agrawal, Joshua Gans, dan Avi Goldfarb membedah bagaimana teknologi prediksi berbasis AI mengubah strategi bisnis dan kompetisi. Buku ini menerjemahkan teori ekonomi AI yang kompleks menjadi panduan praktis untuk eksekutif.

Mengapa Proyek Besar Gagal: How Big Things Get Done

Bent Flyvbjerg dan Dan Gardner dalam How Big Things Get Done menjelaskan mengapa banyak proyek raksasa gagal, serta faktor yang membuat sebagian proyek justru berhasil. Menggunakan prinsip ekonomi perilaku, buku ini memberi panduan realistis dalam merencanakan proyek besar.

Keragaman sebagai Keunggulan Strategis: Rebel Ideas

Rebel Ideas karya Matthew Syed menempatkan keragaman sebagai strategi kognitif yang vital. Syed berargumen bahwa tim yang heterogen mampu menghasilkan solusi lebih kreatif dan efektif, terutama untuk masalah yang kompleks.

Baca juga : Kesempatan Kerja 2026: BPS Rekrut 190.000 Mitra untuk Sensus Ekonomi, Ini Syarat & Honornya

Kepemimpinan Berbasis Tanggung Jawab Total: Extreme Ownership

Dalam Extreme Ownership, Jocko Willink dan Leif Babin menekankan pentingnya kepemimpinan yang terdesentralisasi serta keberanian untuk bertanggung jawab penuh atas hasil tim. Buku ini banyak digunakan untuk menghadapi tantangan kepemimpinan dalam situasi kritis.

Keseimbangan dalam Dunia Kerja: The Good Enough Job

Simone Stolzoff melalui The Good Enough Job mengkritisi budaya kerja yang membuat identitas seseorang terlalu melekat pada pekerjaan. Ia mendorong pembaca untuk menyeimbangkan ambisi pribadi dan kehidupan, dan menegaskan bahwa keseimbangan justru dapat menjadi keunggulan kompetitif.

Sepuluh buku ini memperlihatkan arah baru pemikiran bisnis global, bukan hanya mengejar profit, tetapi juga membangun organisasi yang adaptif, manusiawi, dan mampu bertahan dalam dunia yang tidak pasti. Dari manajemen AI hingga psikologi keputusan, karya-karya ini memberi peta jalan baru bagi pemimpin dan organisasi yang ingin tetap relevan di era perubahan cepat.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 01 Dec 2025 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 01 Des 2025