5 Pengusaha Kosmetik Indonesia yang Jarang Terekspos

28 Oktober, 2024 14:52 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

5 Sosok Pengusaha Kosmetik Terkenal di Indonesia yang Jarang Terekspos
5 Sosok Pengusaha Kosmetik Terkenal di Indonesia yang Jarang Terekspos (opportunityindia)

JAKARTA – Sebagai salah satu industri yang terus tumbuh berkembang dengan cepat, industri kosmetik dan skincare menawarkan peluang bisnis yang menjanjikan.

Dilansir dari ekon.go.id, pertumbuhan industri kosmetik di Indonesia terlihat dari peningkatan jumlah perusahaan kosmetik yang mencapai 21,9%, yaitu dari 913 perusahaan pada tahun 2022 menjadi 1.010 perusahaan pada pertengahan tahun 2023.

Industri kosmetik nasional juga berhasil memasuki All Postspasar ekspor, dengan total nilai ekspor untuk produk kosmetik, wewangian, dan minyak esensial yang tercatat mencapai US$770,8 juta untuk periode Januari-November 2023.

Dari berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan kosmetik di Indonesia, segmen pasar terbesar didominasi oleh perawatan diri (personal care) dengan volume pasar mencapai US$3,18 miliar pada tahun 2022. Segmen lainnya meliputi skincare dengan nilai US$2,05 miliar, kosmetik sebesar US$1,61 miliar, dan wewangian sebesar US$39 juta.

Potensi ukuran pasar secara nasional pada tahun 2023 diperkirakan dapat mencapai 467.919 produk, meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam lima tahun terakhir. Sementara, secara global, nilai pasar diperkirakan dapat mencapai US$473,21 miliar pada tahun 2028 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 5,5% per tahun.

Tingginya permintaan ini menciptakan peluang besar bagi para pengusaha di industri kecantikan untuk mengembangkan bisnisnya. Para pengusaha menyadari potensi besar dalam sektor ini dan secara proaktif meluncurkan produk-produk skincare dan makeup.

Nah, terkait hal itu, berikut adalah crazy rich pemilik bisnis kosmetik di Indonesia. Yuk, simak artikel berikut!

Deretan Crazy Rich Pemilik Bisnis Kosmetik di Indonesia

1. Martha Tilaar

Nama Martha Tilaar sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Brand kosmetik ini dimiliki oleh Dr. (H.C.) Martha Tilaar, yang didirikan pada tahun 1980-an. Sebelumnya, Martha memperdalam pengetahuan tentang kecantikan dengan mengikuti sekolah kecantikan di Academy of Beauty Culture, Bloomington, Indiana, AS.

Selain itu, ia juga bekerja selama tiga tahun di Campes Beauty Salon, Indiana University, AS, sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka salon kecantikan kecil miliknya sendiri. Salon tersebut menargetkan penghuni kampus, istri-istri dosen, mahasiswa Indonesia, serta ibu-ibu Indonesia yang mendampingi suami mereka yang bertugas di luar negeri.

Setelah kembali ke Jakarta pada tahun 1969, Martha Tilaar mendirikan salon kecil di garasi rumah ayahnya dengan modal sebesar Rp1 juta pada tahun 1970. Dengan keahliannya dalam menjalin hubungan baik dengan pelanggan, salon yang terletak di Menteng, Jakarta Pusat, itu mulai menarik perhatian para peragawati dan istri pejabat kedutaan pada masa itu.

Di salon itulah cikal bakal berdirinya Martha Tilaar Group. 

Kisah Martha Tilaar yang berjuang membangun bisnis kosmetik dan jamu selama 54 tahun menjadi inspirasi bagi perempuan Indonesia untuk mandiri dan fokus dalam mencapai tujuan mereka. Berkat dedikasinya, pada tahun 1984, ia dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) dalam bidang Fashion Artistry oleh World University Tucson, Arizona, AS.

Martha Tilaar Group kini tidak hanya fokus pada sektor kecantikan, tapi juga telah memperluas ke perusahaan jasa. Dari tujuh unit bisnisnya, tiga di antaranya beroperasi di bidang jasa produksi dan maklon, waralaba spa dan salon, serta mencakup sekolah kecantikan Puspita Martha International Beauty School.

2. Mooryati Soedibyo

Mooryati adalah pendiri PT Mustika Ratu Tbk. (MRAT), perusahaan yang memproduksi kosmetik, perawatan tubuh, serta minuman kesehatan herbal dan tradisional, yang dikenal luas di Indonesia. Selain itu, ia juga pernah terjun ke dunia politik sebagai Wakil Ketua MPR pada periode 2004-2009.

Dr. Hj. B.R.A. Mooryati Soedibyo merupakan cucu dari Sri Susuhunan Pakoe Boewono X Keraton Surakarta, mendirikan Mustika Ratu pada tahun 1973. Ia memulai usaha dari rumah dengan memproduksi jamu, dan ramuan pertamanya adalah kunyit asam yang terbuat dari asam jawa, gula jawa, dan cengkeh.

Seiring waktu, bisnisnya terus berkembang, mulai dari dua karyawan menjadi 25, lalu 50 karyawan yang bekerja di rumah.

Tahun 1976, Mooryati Soedibyo membuka salon di Jalan Wahid Hasyim 133 yang dinamakan Pusat Perawatan Kecantikan Tradisional. Ia mengklaim salon ini sebagai yang pertama di Indonesia yang mengajarkan pemilik salon dan ahli kecantikan dalam penggunaan lulur, mangir, bedak dingin, rempah-rempah, serta pijat dengan minyak cendana dan minyak zaitun, selain produk-produk modern.

Perkembangan bisnisnya ditandai dengan pendirian pabrik pertamanya pada tahun 1981, yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan saat itu, Dr. Soewarjono Surjaningrat. Meskipun sempat mengalami kendala dana, ia akhirnya mengambil kredit sebesar Rp100 juta dari Bank Dagang Negara.

Untuk melengkapi organisasi, ia membentuk posisi-posisi strategis baru, seperti pimpinan produksi, penelitian dan pengembangan (R&D), distribusi, keuangan, dan pemasaran. Kehadiran pabrik ini juga menandai lahirnya nama Mustika Ratu, yang terinspirasi dari filosofi Jawa.

Seiring perkembangannya, Mustika Ratu meluncurkan berbagai merek dengan target pasar yang berbeda. Di antara merek-merek tersebut adalah Puteri, Biocell, Moors, dan Taman Sari Royal Heritage Spa.

3. Nurhayati Subakat

Nurhayati Subakat adalah pendiri dan CEO PT Paragon Technology and Innovation, perusahaan terkenal di Indonesia yang mengelola 14 merek kecantikan, termasuk Wardah, Make Over, Tavi, OMG, Emina, Putri, Kahf, dan banyak lainnya. Ia juga merupakan pelopor produk kosmetik halal di Indonesia, yang dua dekade lalu masih sangat jarang ditemukan.

Tahun 1985, Nurhayati dan suaminya memulai usaha rumahan dengan menjual produk sampo khusus untuk profesional dengan merek Putri. Mereka menawarkan produk perawatan rambut tersebut dari salon ke salon di sekitar Tangerang dengan harga yang relatif terjangkau dibandingkan produk sejenis yang ada di pasaran.

omzet awal usahanya hanya mencapai Rp2 juta per bulan. Dalam waktu lima tahun, bisnis tersebut telah mempekerjakan 25 karyawan. Pada akhir 1990, Nurhayati mendirikan pabrik pertamanya di Kawasan Industri Cibodas untuk meningkatkan kapasitas produksi. Di bawah PT Pusaka Tradisi Ibu, ia mengembangkan usaha dengan meluncurkan berbagai produk dan merek baru.

Nurhayati menyadari banyak perempuan di Indonesia, terutama Muslimah, yang tertarik pada produk halal yang saat itu masih jarang di industri kecantikan dalam negeri. Pada tahun 1995, ia meluncurkan Wardah, pelopor kosmetik lokal bersertifikasi halal di Indonesia. Hingga saat ini, Wardah menjadi merek kosmetik utama Paragon Corp dan menyumbang 70% dari total pendapatan perusahaan.

Setelah mencapai kesuksesan besar dengan merek Wardah, PT Pusaka Tradisi Ibu berubah nama menjadi PT Paragon Technology and Innovation (PTI) pada tahun 2011. Saat ini, Paragon Corp telah memiliki lebih dari 10.000 karyawan, 41 pusat distribusi, dan kantor perwakilan di Malaysia

4. Irene Ursula

Irene Ursula adalah sosok yang mencetuskan dan mendirikan perusahaan kosmetik yang kini tengah populer, Somethinc. Ia memulai bisnis kecantikan dari nol dan menghadapi berbagai tantangan sepanjang perjalanan. Irene memulai usaha ini pada tahun 2013.

Dengan kecintaannya terhadap dunia kecantikan sejak sekolah dasar, ia berhasil mendirikan platform e-commerce kecantikan bernama BeautyHaul, yang menjadi tempat favorit bagi masyarakat Indonesia dalam mencari produk kecantikan.

Irene melihat antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap penggunaan produk kecantikan, namun ia juga menyadari adanya kesenjangan pasar terkait produk kecantikan yang umumnya dijual dengan harga cukup tinggi.

Dari situ, Irene memutuskan untuk menciptakan merek kosmetiknya sendiri yang dapat bersaing dengan produk impor. Selain itu, produknya juga ditawarkan dengan harga yang lebih terjangkau. Irene mengungkapkan, ia menghadapi banyak tantangan dan kegagalan saat memulai bisnisnya. Ia mengalami tiga kali kegagalan dalam upayanya menciptakan produk perawatan kulit lokal.

Di balik kesuksesan Somethinc tak lepas dari pendirinya, Irene Ursula, yang mendirikan merek lokal ini pada Mei 2019. Kini, Somethinc tidak hanya menjangkau pasar Indonesia, tetapi juga pasar internasional. Dengan modal awal sebesar Rp300 juta, hingga akhir 2023, Somethinc telah mencapai penjualan sebesar US$3 juta, setara dengan sekitar Rp46 miliar.

Namun, ia terus belajar dan mencari tahu mengapa merek luar negeri begitu dihargai oleh masyarakat Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena belum ada merek lokal yang memenuhi standar yang sebanding dengan merek internasional.

Merek Irene secara bertahap merilis berbagai jenis produk kecantikan, mulai dari pembersih wajah, serum, krim mata, essence, toner, hingga pelembap. Menariknya, merek ini menggunakan bahan aktif berkualitas yang belum banyak tersedia di Indonesia.

5. Anugrah Pakerti

Anugrah Pakerti adalah pendiri dan CEO Avo Innovation Technology, yang mengelola merek perawatan kulit dan kecantikan ramah lingkungan Indonesia, Avoskin. Ia mengatakan, ia membeli bahan-bahannya dari petani lokal di Jawa dan Bali. 

Di sebuah kamar indekos sempit di pusat Kota Yogyakarta, Anugrah Pakerti bersama dua sahabatnya semasa kuliah memulai bisnis produk perawatan kecantikan. Bersama Ahmad Ramadhan dan Aris Nurul Huda, yang kuliah di universitas yang sama (UII), Aan mengubah kamar tersebut menjadi pabrik mini yang kemudian menjadi cikal bakal PT AVO Innovation Technology.

Dengan tabungan sekitar Rp100 juta hasil membantuk saudara memasarkan properti, Aan memulai bisnis produk kecantikan yang diberi merek dagang Avoskin. Nama Avoskin dipilih Aan karena terinspirasi oleh buah alpukat, yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai avocado. Mengandung vitamin E yang tinggi, alpukat digunakan sebagai bahan untuk produk perawatan kulit Avoskin.

Selama menjalankan bisnis di akhir masa kuliah, Aan harus menyembunyikan aktivitasnya dari keluarganya. Pria yang menyukai bisnis perawatan kulit ini mengaku dulunya sering mengalami masalah jerawat dan terjebak dalam produk yang tidak jelas kandungannya, sementara keluarganya berharap ia menjadi polisi atau tentara—profesi yang tidak ia inginkan.

Dalam waktu kurang dari lima tahun, produknya diterima baik di pasar. Selama beberapa tahun terakhir, rangkaian perawatan kulit Avoskin, yang harganya berkisar antara Rp99 ribu hingga Rp350 ribu, menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta skincare. Ia juga berhasil menciptakan lapangan kerja bagi warga lokal. Sejak diluncurkan pada tahun 2014, Avoskin telah membuka lebih dari 100 toko di seluruh Indonesia. 

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 28 Oct 2024 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 28 Okt 2024