Ekonomi dan Bisnis
07 Mei, 2021 19:34 WIB
Penulis:Redaksi Starbanjar
STARBANJAR- Emiten batu bara milik konglomerat Sandiaga Uno, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengumumkan kurs konversi pembagian dividen final tahun buku 2020 sebesar Rp14.436 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Kurs konversi pembagian dividen final tahun buku 2020 mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia tanggal 6 Mei 2021,” kata Sekretaris Perusahaan Mahardika Putranto, dilansir dari Trenasia, partner resmi Starbanjar.
Seperti diketahui, acuan kurs tersebut memang sesuai dengan jadwal pembagian dividen ADRO pada tahap recording date.
Sebelumnya, jadwal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 4 Mei 2021. Sementara itu ex dividen di pasar reguler dan negosiasi pada hari setelahnya alias 5 Mei 2021. Kemudian, untuk finalnya atau pembayaran dividen akan dilakukan pada 25 Mei 2021.
Dengan demikian, jumlah keseluruhan dividen final yang dibagikan, yakni sebesar Rp2,12 triliun untuk 31.985.962.000 lembar saham. Artinya, pemegang saham akan mendapat Rp66,28 per saham.
Mahardika menambahkan, hal ini tidak memiliki dampak material yang merugikan kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan.
Sebagai informasi, pada tahun lalu, payout ratio pembagian dividen ADRO yang diberikan sebesar US$146,93 juta. Jumlah ini setara dengan 62% dari laba bersih.
Keputusan ini pun telah disetujui oleh para pemegang saham ADRO pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Senin 26 April 2021.
Kinerja ADRO 2020
Diketahui, sepanjang 2020 ADRO membukukan pendapatan usaha sebesar US$2,53 miliar atau Rp35,63 triliun pada 2020, atau turun 27% dari tahun 2019. Hal ini disebabkan penurunan pada harga jual rata-rata (ASP) sebesar 18% dan volume penjualan 9%.
Padahal, ADRO berhasil menekan beban pokok penjualan selama pandemi 2020. Sepanjang tahun lalu, beban pokok penjualan ADRO turun 21,29% year-on-year (yoy) menjadi US$2,53 miliar atau Rp35,7 triliun (Jisdor Rp14.084 per dolar AS) dari US$3,46 miliar, setara Rp48,69 triliun pada tahun 2019.
Hal ini diikuti oleh penurunan beban usaha perseroan sebesar 29% menjadi US$165 juta sepanjang 2020, dibandingkan dengan US$233 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Capaian ini didominasi oleh penurunan 45% pada beban penjualan dan pemasaran, serta penurunan 44% pada biaya profesional.
Perseroan membukukan pendapatan usaha sebesar US$2,53 miliar atau Rp35,63 triliun pada tahun 2020, atau turun 27% dari tahun 2019. Hal ini terutama diakibatkan karena penurunan 18% pada harga jual rata-rata (ASP) dan penurunan 9% pada volume penjualan.
Sementara itu, total aset turun 12% menjadi US$6,38 miliar, aset lancar turun 18% menjadi US$1,73 miliar, terutama karena penurunan kas dan piutang usaha dari pihak ketiga.
Begitu pula dengan aset nonlancar yang turun 9% menjadi US$4,65 miliar, terutama karena penurunan investasi pada perusahaan patungan, penurunan properti pertambangan dan penurunan aset tetap. (RCS)
Bagikan
Ekonomi dan Bisnis
sebulan yang lalu
Ekonomi dan Bisnis
3 bulan yang lalu