
Aksi Hari AIDS Sedunia, Jaringan Aktivis di Banjarmasin Ajak Warga Tanda Tangani Petisi Ini
- Sejumlah aktivis di Banjarmasin ramai-ramai turun ke jalan memperingati Hari Aids Sedunia dan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP), pada Minggu (11/12) pagi.
Banjar Today
STARBANJAR- Sejumlah aktivis di Banjarmasin ramai-ramai turun ke jalan memperingati Hari Aids Sedunia dan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP), pada Minggu (11/12) pagi.
Peringatan yang dihelat di Taman Siring 0 Kilometer Banjarmasin itu diisi dengan beragam agenda.
Ambil contoh, penandatanganan petisi dukungan kepada Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV) serta korban kekerasan seksual.
Selain itu, ada orasi penyadaran tentang HIV dan AIDS dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga yang beraktivitas di Taman Siring 0 Kilometer.
Perwakilan Panitia Peringatan Hari Aids Sedunia di Banjarmasin, Hapniah, mengatakan peringatan ini digagas atas hasil kolaborasi sejumlah organisasi/lembaga seperti Gilead, PKBI Kalsel, LK3 Banjarmasin, Gereja Kalimantan Evangelis (GKE), serta Yayasan Taheta.
"Kami ingin memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang bagaimana pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Serta tentang HIV dan AIDS itu sendiri," kata Direktur Eksekutif PKBI Kalsel itu.
Tak Sekadar Seremonial
Peringatan Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan digelar bukan tanpa alasan. Agenda semacam ini dihelat untuk merefleksikan masalah nyata yang terjadi di daerah.
Meminjam data yang dikantongi PKBI Kalsel, misalnya, terdapat 12 temuan baru penyintas HIV/AIDS di daerah sampai Oktober 2022.
Sementara itu, untuk kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tercatat ada 352 laporan hingga Oktober 2022. "Kekerasan yang terbanyak adalah kekerasan seksual," kata dia.
Ia meyakini fenomena kekerasan terhadap kelompok rentan ini juga masih ibarat gunung es.
Melihat permasalahan yang ada, Hapniah mendorong para korban atau orang-orang yang dekat dengan korban kasus kekerasan untuk berani bicara terkait masalah yang dihadapi.
Soal permasalahan HIV/AIDS, ia berharap tidak ada lagi stigma buruk dan diskriminasi terhadap para ODHIV. "Perlu diingat, penularan HIV/AIDS itu tidak semudah seperti penularan Covid-19," tegasnya.