Banjar Update
12 Juni, 2024 19:43 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Dalam beberapa tahun terakhir, diketahui ada kecenderungan yang meningkat terhadap penggunaan dumb phone (kebalikan smartphone) di Eropa dan Amerika Serikat. Ponsel ini dicirikan oleh fungsinya yang terbatas, seringkali hanya memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan, mengirim pesan, dan melihat peta.
Tren penggunaan dumb phone ini didorong oleh kekhawatiran atas dampak negatif penggunaan smartphone yang berlebihan terhadap kesehatan mental dan hubungan sosial. Tren memilih dumb phone semakin mendapat perhatian, terutama di kalangan generasi muda.
Istilah dumb phone mengacu pada ponsel yang tidak memiliki fitur dan aplikasi canggih yang hanya berfokus pada fungsi komunikasi dan navigasi dasar. Ponsel jenis ini kini mendapatkan popularitas di kalangan yang sedang ingin membatasi waktu pemakaian perangkat dan menghindari sifat kecanduan media sosial.
Tren ini tidak spesifik untuk kelompok usia tertentu, sehingga bisa diterapkan baik untuk anak-anak maupun orang dewasa agar dapat mengelola kebiasaan digital. Meski begitu, perlu diketahui bahwa dumb phone tidak sama dengan ponsel berfitur. Pasalnya, beberapa feature phone hadir dengan fitur-fitur canggih dan bahkan memiliki akses ke media sosial.
Seperti yang dilansir dari Gizchina, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan smartphone secara berlebihan berkaitan dengan munculnya berbagai masalah kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental yang dimaksud meliputi depresi, kecemasan, dan stres.
Hal itu dapat terjadi karena smartphone membuat penggunanya terpapar aliran notifikasi terus menerus dan tekanan untuk tetap terhubung yang dapat menyebabkan perasaan kewalahan dan cemas, terutama di kalangan anak muda.
Tidak hanya itu, Fear of Missing Out (FOMO) yang muncul akibat penggunaan media sosial turut memperburuk masalah ini. Sebuah penelitian di Universitas Harvard juga menemukan bahwa respon area otak saat menggunakan media sosial mirip dengan respon terhadap zat adiktif, sehingga menyoroti sifat kecanduan media sosial. Temuan ini juga turut menimbulkan kekhawatiran luas mengenai dampak media sosial terhadap individu, khususnya anak-anak dan remaja.
Perlu diketahui bahwa tren penggunaan smartphone di kalangan anak-anak sejak dini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi dampak jangka panjang pada kesehatan mental dan fisik mereka. Sebuah survei yang dilakukan oleh UK Communications Authority (Ofcom) mengungkapkan bahwa sekitar seperempat anak-anak berusia 5 hingga 7 tahun sudah memiliki smartphone. Paparan dini terhadap smartphone juga dapat menyebabkan kecanduan dan berdampak negatif pada perkembangan mereka.
Oleh karena itu, jika seorang anak membutuhkan sebuah ponsel, maka sebaiknya gunakan dumb phones. Dumb phone akan membantu mengurangi mereka menatap layar, karena kebiasaan tersebut terkait dengan berbagai efek negatif pada kesehatan mental dan fisik.
Selain itu, dumb phone juga dapat mendorong penggunaan teknologi secara lebih hati-hati dan disengaja, sehingga mendorong pengguna untuk memikirkan secara hati-hati kapan dan bagaimana mereka menggunakan perangkatnya.
Itu tadi penjelasan mengenai tren penggunaan dumb phone untuk mencegah kecanduan smartphone. Apakah Anda tertarik untuk menggunakannya?
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh pada 12 Jun 2024
Bagikan
Banjar Update
dalam 12 menit