IHSG ditutup menguat hari ini
Ekonomi dan Bisnis

Ancaman Kebangkrutan Evergrande di Depan Mata, IHSG Melemah Nyaris 1%

  • STARBANJAR – Perusahaan raksasa properti asal Tirai Bambu, Evergrande Group terancam bangkrut, berimbas sistemik hingga pasar keuangan dalam negeri.
Ekonomi dan Bisnis
Redaksi Starbanjar

Redaksi Starbanjar

Author

STARBANJAR – Perusahaan raksasa properti asal Tirai Bambu, Evergrande Group terancam bangkrut berimbas sistemik hingga pasar keuangan dalam negeri.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 0,93% ke 6.076,31  pada akhir perdagangan hari ini, Senin (20/9/2021). Sebanyak 152 saham naik, 386 saham turun dan 124 saham stagnan.

Seluruh indeks sektoral kompak melemah kecuali sektor transportasi, yang mengikuti pelemahan IHSG. Indeks sektoral dengan pelemahan terdalam adalah IDX Sektor teknologi 2,55%, sektor barang baku 1,78%, sektor barang konsumen primer 1,67% dan sektor perindustrian 1,42%.

Total volume perdagangan saham di bursa hingga mencapai 24,44  miliar saham dengan total nilai Rp 12,16 triliun.

Pengamat Pasar Modal dari MNC Asset Management Edwin Sebayang memperkirakan hal ini dipengaruhi oleh potensi kebangkrutan yang dialami perusahaan properti terbesar kedua di China, Evergrande.

“Penurunan tajam IHSG sebagai dampak dari bangkrutnya Evergrande senilai US$300 miliar yang kemudian berdampak kepada tajamnya kejatuhan Indeks Hang Seng hingga 3,16 persen,” kata Edwin dilansir dari trenasia.

Edwin berpendapat kebangkrutan yang dialami Evergrande akan berdampak pada saham-saham emiten properti yang berada di Tanah Air. Secara tidak langsung, kata dia, investor akan cautious alias hati-hati terhadap saham sektor properti.

Terlilit Utang

Berdasarkan laporan Reuters, saham Evergrande anjlok lebih dari 15% pada perdagangan hari ini. Hal ini memperparah kerugian karena investor memandang negatif prospek bisnis perseroan menjelang dekatnya tenggat waktu kewajiban pembayaran pekan ini.

“Pada 02.45 GMT, saham anjlok 14,6 persen menjadi 2,17 dolar Hong Kong, terendah sejak Oktober 2011,” tulis laporan tersebut.

Tak hanya itu, unit bisnis properti perusahaan turun lebih dari 8%, diikuti oleh unit mobil listrik yang terkoreksi 2%. Sedangkan, perusahaan streaming film Hengten Net, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Evergrande, rontok hingga 10%.

Di tengah krisis yang dialami akibat terlilit utang, perseroan berencana mengembalikan pinjaman dengan aset-aset yang dimiliki perseroan. China Evergrande Group turut memberikan sejumlah opsi bagi para investor yang menuntut haknya.

Pertama, dapat melalui aset properti, menghubungi konsultan investasi mereka terlebih dahulu, atau melalui situs penerimaan lokal. Cara tersebut merupakan salah satu dari tiga opsi yang ditawarkan Evergrande dalam keterlambatan pembayaran produk wealth managemennya.

Langkah itu diambil setelah ratusan investor dari seluruh China mendatangi kantor pusat perusahaan di Shenzhen untuk menuntut pembayaran kembali investasi mereka. Totalnya mencapai 40 miliar Yuan atau US$6,19 miliar, setara dengan Rp88,13 triliun (kurs tengah BI Rp14.238).