Wartegi
WISATA & KULINER

Cerita Wartegi, Ubah Wajah Warteg jadi Kekinian

  •  Di antara pilihan bisnis kuliner yang kian menjamur di Kota Banjarmasin, Abdurrahim (26 tahun) memilih jalan sunyi dengan membuka restoran bernuansa warteg. Menariknya, warteg yang satu ini disulap lebih modern lewat fasilitas pendingin ruangan, WiFi, dan interior era kekinian.

WISATA & KULINER
Nurul Khasanah

Nurul Khasanah

Author

Di antara pilihan bisnis kuliner yang kian menjamur di Kota Banjarmasin, Abdurrahim (26 tahun) memilih jalan sunyi dengan membuka restoran bernuansa warteg. Menariknya, warteg yang satu ini disulap lebih modern lewat fasilitas pendingin ruangan, WiFi, dan interior era kekinian.

Rumah makan tersebut dinamainya Warteg Indonesia (Wartegi). Berlokasi di Jalan Bank Rakyat, bangunan ini dihimpit toko-toko tua dan kawasan perkantoran di jantung Kota Banjarmasin.

Meski dikemas modern, nuansa tradisional khas warung tegal tetap akan Anda rasakan ketika melipir ke tempat ini. Dari menu, furnitur hingga perabot makan dibuat menyerupai warteg pada lazimnya.

Usaha ini sudah dicetus Abdurrahim sejak November 2019 silam. Melihat posisi bangunan yang ia sewa memiliki letak yang strategis, ia pun memutuskan bergelut dengan bisnis ini sebagai alternatif para karyawan yang ada di sekitar Jalan Bank Rakyat.

"Awalnya sempat ganti-ganti konsep. Dari American Style sampai gelatto. Tapi akhirnya memutuskan. Karena semua orang butuh makanan berat,"
jelas Ahim, sapaannya, kepada starbanjar.com, Rabu (4/3/2020).

Harga makanan di Wartegi dibanderol bervariatif. Dari 5 sampai 15 ribu rupiah. Tergantung menu yang akan diambil oleh pembeli.

"Misalnya, ayam tepung kan 10 ribu ya. Jadi kalau ada tambahan lauk atau sayur lagi akan dihitung tambahan," kata Ahim.

Setiap harinya Ahim harus menyediakan 18 menu makanan di Wartegi. Sajian ini dibuat berbeda-beda. Agar pembeli tidak bosan dengan menu-menu yang serupa.

"Paling utama ayam. Ada ayam tepung sampai ayam bakar. Ada juga baby cumi yang jadi andalan. Ada menu lokal seperti Mandai dan ikan asing telang," ujarnya.

Melalui bisnis kuliner ini, Ahim meraup omzet setidaknya Rp. 40 juta per bulan. Dengan penghasilan bersih sekitar Rp. 15 juta.

"Untuk modal awalnya dulu 150 jutaan. Paling banyak karena habis untuk dekorasi ruangan. Dulu ini bekas kantor. Kondisinya rusak-rusak," ujarnya.

Ahim belum berencana membuka kemitraan untuk Wartegi. Meski demikian, ia tengah menyiapkan cabang baru di Balikpapan.

"Karena saya dan istri bolak-balik sana, jadi berencana buka cabang juga di Balikpapan," tandasnya.