Ekonomi dan Bisnis
23 Januari, 2024 11:20 WIB
Penulis:Redaksi Starbanjar
STARBANJAR - Keadaan di Laut Merah masih tegang. Gangguan terus terjadi di wilayah pelayaran global akibat serangan rudal milisi Houthi dari Yaman terhadap kapal-kapal yang melintas, menyebabkan kerugian bagi berbagai pihak.
Laut Merah merupakan jalur pelayaran logistik global terpendek antara Asia dan Eropa, yang memungkinkan kapal-kapal mempersingkat waktu perjalanan dengan melewati Terusan Suez di Mesir.
Situasi yang memanas telah mendorong kapal-kapal untuk menghindari wilayah tersebut dan beralih ke arah Tanjung Harapan, Afrika Selatan.
Dikutip dari New York Times, perusahaan pelayaran telah meningkatkan harga pengiriman kontainer dari Asia ke Eropa sebanyak tiga kali lipat, sebagian besar untuk menutupi biaya tambahan yang timbul akibat harus berlayar mengelilingi Afrika.
Berikut sejumlah pihak yang menjadi korban dari eskalasi keadaan di Laut Merah.
Tiga perusahaan pelayaran besar negara tersebut mengumumkan rencana untuk menangguhkan rute melalui Laut Merah, dimulai sejak Rabu pekan lalu. Keputusan ini diambil sebagai tanggapan terhadap serangan yang dilakukan oleh milisi Huthi di Yaman terhadap kapal-kapal yang melintasi jalur strategis tersebut.
“Kami telah menangguhkan navigasi melalui Laut Merah bagi semua kapal yang kami operasikan,” ujar juru bicara Nippon Yusen atau dikenal sebagai NYK Line, diberitakan AFP.
“Keputusan tersebut adalah untuk menjamin keselamatan awak kapal,” imbuhnya. Sementara, dua perusahaan pelayaran besar Jepang lainnya, yaitu Mitsui O.S.K. Lines dan Kawasaki Kisen Kaisha, juga telah menangguhkan pelayaran mereka. Juru bicara keduanya juga mengonfirmasi.
“Kapal-kapal yang kami operasikan dan akan memasuki Laut Merah diminta untuk tidak memasuki Teluk Aden di selatan Laut Merah,” jelas juru bicara Mitsui O.S.K. Lines.
“Perusahaannya menangguhkan navigasi ke Laut Merah sejak Jumat, namun kami tidak memiliki kapal di dekat Laut Merah saat ini,” kata juru bicara Kawasaki Kisen Kaisha, Goro Kitamura.
China juga menjadi dampak konflik di Laut Merah. Pengusaha asal negara tersebut menyatakan gangguan dalam angkutan di wilayah tersebut mengancam kelangsungan perusahaan.
Salah satunya adalah Han Changming, pendiri Fuzhou Han Changming International Trade Co Ltd yang berbasis di provinsi timur Fujian. Ia menyatakan bisnisnya terpengaruh oleh eskalasi konflik di jalur pelayaran global.
Perusahaannya diketshui melakukan ekspor mobil buatan China ke Afrika dan mengimpor kendaraan off-road dari Eropa. Terutama dalam pengiriman kontainer ke Eropa, biaya telah meningkat drastis menjadi sekitar US$7.000 (sekitar Rp 109 juta) dari US$3.000 pada bulan Desember.
“Gangguan ini telah menghapus keuntungan kami yang sudah tipis,” ungkap Han, seraya menambahkan premi asuransi pengiriman yang lebih tinggi juga berdampak buruk pada perusahaan, dikutip Reuters.
Eskalasi ketegangan di salah satu jalur pelayaran tersibuk dunia telah menunjukkan kerentanan ekonomi China yang signifikan. Diketahui Beijing sangat bergantung pada ekspor, yang rentan terhadap gangguan pasokan dan fluktuasi permintaan dari luar negeri.
“Karena perdagangan Eropa dan Afrika menyumbang 40% dari keseluruhan bisnis, kami memohon kepada pemasok dan pelanggan untuk menanggung sebagian biaya tambahan agar perusahaannya tetap bertahan,” ungkap dia lagi.
“Waktu pengiriman untuk beberapa pesanan tertunda hingga beberapa minggu,” sambungnya.
Pandangan serupa diungkapkan oleh Mike Sagan, wakil presiden perusahaan rantai pasokan dan operasi KidKraft yang berbasis di Shenzhen, China. Menurutnya, banyak pelanggan Eropa menghentikan pesanan kepada perusahaan pembuat peralatan bermain di luar ruangan dan mainan kayu tersebut.
Sagan menyatakan kekhawatiran terbesar bagi produsen besar adalah efek bola salju yang dapat dirasakan oleh pemasok kecil dengan margin keuntungan yang tipis.
Hal ini disebabkan karena pemasok kecil tersebut mungkin menjadi pihak terakhir yang menerima pembayaran, meskipun mereka memiliki peran yang sangat penting dalam rantai pasokan.
Dampak gangguan di Laut Merah telah merambah hingga ke Eropa. Shafaq News menyebutkan pasar minyak di Eropa mulai mengalami kekurangan. Beberapa kapal kargo memilih untuk menghindari Laut Merah, menyebabkan tanki minyak tidak terisi penuh.
Gangguan ini terjadi bersamaan dengan faktor-faktor lain, termasuk masalah produksi dan peningkatan permintaan di China, yang menyebabkan persaingan lebih ketat dalam memperebutkan pasokan minyak mentah.
Menurut data Kpler, volume pengiriman minyak mentah dari Timur Tengah ke Eropa mengalami penurunan. Jumlah minyak mentah yang menuju Eropa dari Timur Tengah mencapai sekitar 570.000 barel per hari pada bulan Desember, turun dari 1,07 juta barel per hari pada bulan Oktober.
“Masalah Laut Merah menyebabkan penundaan, sehingga perusahaan penyulingan perlu memenuhi kebutuhan mereka dari pasar lokal,” kata seorang pedagang.
“Pasar mengalami kekurangan karena hilangnya pasokan dari Teluk,” yang lain menambahkan.
Situasi ini diyakini akan semakin pelik. Apalagi saat ini, negara penghasil minyak lain seperti Libya dilanda protes dan minyak mentah Nigeria menurun pengirimannya.
Dampak dari meningkatnya ketegangan di Laut Merah membuat para pengecer di Amerika Serikat (AS) bersiap. Dilaporkan oleh CNBC International, keterlambatan pengiriman dapat memiliki dampak terhadap beberapa pengecer, termasuk Home Depot, Costco, dan Walmart.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut saat ini memilih untuk menyewa kapal charter sebagai alternatif untuk mempercepat pengiriman dan mengatasi masalah keterlambatan barang.
“Sebagai aktivitas bisnis rutin, kami selalu memiliki rencana jika ada potensi gangguan terhadap mitra kami,” ujar juru bicara Home Depot Evelyn Fornes.
“Kami memiliki rantai pasokan yang besar dan beragam dengan sejumlah mitra, sehingga kami terbiasa bersikap fleksibel jika terjadi gangguan,” imbuahnya lagi.
“Fleksibilitas seperti inilah yang memungkinkan kami beradaptasi dan memindahkan volume yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi, meskipun terdapat gangguan yang signifikan,” ujarnya.
Sementara beberapa pengecer melaporkan Tesla, Volvo, dan Michelin baru-baru ini mengumumkan penghentian produksi, Ikea telah memberikan peringatan mengenai penundaan produk. Pengecer asal Inggris, Next, dan perusahaan alas kaki Crocs juga menghadapi situasi serupa.
Ekonomi Jerman, yang terbesar di Eropa, tidak terlepas dari dampak gangguan. Meskipun sektor industri Jerman telah terbiasa menghadapi gangguan pasokan akibat pandemi dan konflik di Ukraina, namun dampak penurunan lalu lintas perdagangan mulai terlihat.
Pabrik baru Tesla di Berlin, sebagai contoh, memutuskan menangguhkan sebagian produksinya karena kekurangan komponen. Hal ini terjadi karena ketergantungan perusahaan otomotif tersebut pada komponen dari Asia, yang biasanya diimpor melalui Laut Merah dan Terusan Suez.
Sektor kimia juga merasakan dampaknya. Perusahaan kimia Gechem, melaporkan penurunan produksi bahan kimia pencuci piring dan tablet toilet karena kesulitan mendapatkan pasokan yang memadai dari Asia, seperti trinatrium sitrat, asam sulfamik, dan asam sitrat.
“Departemen pengadaan saya saat ini bekerja tiga kali lebih keras untuk mendapatkan sesuatu,” kata Martina Nighswonger, CEO dan pemilik Gechem GmbH & Co KG.
Oleh sebab itu, perusahaan meninjau sistem kerja tiga shiftnya. Nighswonger menambahkan dampak buruk dari keterbatasan transportasi dapat tetap menjadi masalah setidaknya pada paruh pertama tahun 2024.
“Jika kita mendapatkan tiga muatan truk, bukan enam, setiap pelanggan hanya mendapat sebagian dari jumlah pesanan mereka, tapi setidaknya semua orang mendapat sesuatu,” imbuhnya.
Badan industri Jerman, VCI, telah lama menyoroti ketergantungan pada impor dari Asia. Mereka mengatakan meski penghentian produksi harus dibatasi hanya pada kasus-kasus tertentu, penundaan impor melalui Laut Merah merupakan beban tambahan bagi industri yang sudah melemah.
Ketegangan geopolitik dan kondisi makroekonomi, termasuk situasi di Laut Merah, turut berdampak pada Malaysia. Terjadi kenaikan harga barang-barang impor di negara tersebut.
“Harga barang impor juga akan mulai meningkat karena biaya pengiriman yang lebih tinggi karena kapal kontainer terpaksa menempuh rute yang jauh lebih panjang melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan dibandingkan dengan Laut Merah,” ujar pengamat lokal Mohd Afzanizam.
“Karena sedang berlangsungnya pelayaran, serangan pengiriman oleh Houthi,” tambahnya.
Departemen Statistik, dalam 11 bulan pertama tahun 2023 merangkum, ekspor dan impor Malaysia melalui laut masing-masing berjumlah sekitar 53,5% dan 60% dari total ekspor dan impor.
“Mengingat lebih dari 50% total perdagangan kita dilakukan melalui laut, setiap gangguan dalam rantai pasokan global akan meningkatkan biaya berbisnis di Malaysia,” tambahnya.
Patrick Tay Soo Eng, mitra dalam kesepakatan ekonomi dan kebijakan di PwC Malaysia, menyatakan ekonomi Malaysia kemungkinan akan mengalami pelemahan.
Tay memproyeksikan perekonomian akan terus melemah pada tahun 2024, dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh penurunan perdagangan internasional. Selain itu, dia juga mencatat peningkatan utang publik dan tingginya biaya pinjaman, yang semakin diperparah oleh meningkatnya ketegangan geopolitik.
‘Pertumbuhan ekonomi yang lamban di Malaysia akan mengurangi pendapatan dunia usaha dan memperlambat pertumbuhan pendapatan rumah tangga,” jelasnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 23 Jan 2024
Bagikan