pengerajin sasirangan sedang menenun
Ekonomi dan Bisnis

Diterpa Covid-19, UMKM Sasirangan Terpukul

  • STARBANJAR - Sasirangan merupakan kain Khas Kalimantan Selatan yang selalu menjadi favorit masyarakat, terutama wisatawan, baik dari mancanegara maupun dalam negeri. Namun akhir – akhir ini Industri Sasirangan goyah diterpa dampak wabah pandemi covid – 19.

Ekonomi dan Bisnis
Putri Nadya Oktariana

Putri Nadya Oktariana

Author

STARBANJAR - Sasirangan merupakan kain Khas Kalimantan Selatan yang selalu menjadi favorit masyarakat, terutama wisatawan, baik dari mancanegara maupun dalam negeri. Namun akhir – akhir ini Industri Sasirangan goyah diterpa dampak wabah pandemi covid – 19.

Hal ini dirasakan  pedagang di Kawasan kampung Sasirangan yang terletak di Jalan Sebrang Mesjid. Misbah salah satu pedagang kain Sasirangan merasakan omset pendapatan yang menurun drastis akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

“Beberapa pesanan yang bisanya masuk kaya seragam sekolah ataupun Instansi pemerintahan tidak ada yang masuk sama sekali untuk tahun ini,”tutur Emma Misbah selaku owner Galuh Bungas Sasirangan, saat ditemui jurnalis Starbanjar, Selasa (9/6/2020).

Adanya penerapan kebijakan PSBB disinyalir menjadi salah satu akibat menurunnya pendapatan Misbah.

“Kalau wisatawan dari luar tidak ada ya kami tidak masalah, cuman biasanya untuk pembeli lokal juga banyak seperti dari Hulu Sungai,” kata alumnus FISIP ULM ini.

Misbah menjelaskan pendapatannya kian merosot beberapa bulan kebelakang dikarenakan tidak ada wisatawan yang masuk ke Banjarmasin.

“Dulu sebelum pandemi ini ada sehari mencapai 500 Ribu, kalau sebulan biasanya sampai dengan 15 Juta”, Tambahnya.

Misbah juga mengatakan beberapa tenaga kerja yang biasanya membantu pembuatan kain Sasirangan juga merasakan dampak yang cukup signifikan dari adanya penurunan minat pembeli.

Menurut Misbah  kurangnya wisatawan yang mengunjungi kota Banjarmasin menjadi salah satu faktor penurunan minat pembeli.

Misbah juga putar otak, dikala pesanan kain sasirangan yang sedikit. Misbah dan suaminya kini juga berjualan sendal jepit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Harga sendal jepit yang dijual dalam kisaran Rp.4000 – Rp.13.000 perpasang.

Pelaku UMKM Sasirangan Yaya Sasirangan juga merasakan dampak yang sama.

Sri selaku pegawai di Toko Yaya Sasirangan mengaku pendapatan tokonya menurun dratis disaat adanya pandemi corona.

“Kalau dulu setiap hari pasti ada yang beli, baik itu wisatawan yang beli kain buat oleh–oleh atau masyarakat yang beli 1 atau 2 kotak buat baju biasa”, Ujar Sri

Dia menyebut penurunan omset toko ini berdampak kepada beberapa pegawai yang harus dirumahkan.

“Beberapa pegawai memang dirumahkan karena pendapatan toko juga kurang. Jadi cuman aku aja yang disuruh kerja,”tandasnya.