Ekonomi dan Bisnis
07 Februari, 2024 08:20 WIB
Penulis:Redaksi Starbanjar
STARBANJAR - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut hilirisasi yang dilakukan pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya wilayah Maluku Utara dan Sulawesi Tengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), daerah otonom yang mengalami pertumbuhan double digit yaitu di wilayah Maluku Utara sebesar 20,49% year on year (yoy). sementara Sulawesi Tengah sebesar 11,91%.
"Jadi kalau di daerah seperti Maluku kemudian Maluku Utara Sulawesi jelas itu karena hilirisasi. Tentu kan pada saat pabriknya berproduksi, produksinya meningkat akan melonjak pertumbuhannya," katanya saat.
Adapun, industri yang memang cukup besar di kedua provinsi tersebut adalah berasal dari industri olahan barang tambang, terutama industri feronikel di kedua provinsi tersebut.
Maluku Utara adalah daerah penghasil nikel. Dalam 10 tahun terakhir, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggenjot peningkatan nilai tambah nikel melalui pelarangan ekspor mentah. Investor pun satu persatu berdatangan.
Airlangga menyatakan tidak hanya Maluku Utara. Beberapa daerah lain juga mendapatkan berkah serupa dari program Jokowi. Antara lain Sulawesi Tengah yang menempati pertumbuhan ekonomi kedua terbesar tahun ini sebesar 11,91%. Kemudian, posisi ketiga ada Kalimantan Timur yang tumbuh 6,22%.
Sebelumnya, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi di bidang hilirisasi atau proses pengolahan bahan baku menjadi barang siap pakai sepanjang 2023 mencapai Rp375,4 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan realisasi investasi di bidang hilirisasi ini memberikan porsi 26,5% dari total realisasi investasi sepanjang 2023 di angka Rp1.418,9 triliun.
Lebih lanjut kata Bahlil realisasi investasi di bidang hilirisasi terbesar diperoleh dari sektor mineral yaitu smelter dengan total Rp216,8 triliun. Di mana nikel di angka Rp136,6 triliun, bauksit Rp9,7 triliun dan tembaga diangka Rp70,5 triliun.
Lalu untuk hilirisasi sektor pertanian CPO atau oleochemical di angka Rp50,8 triliun, kehutanan atau Pupl dan paper diangka Rp51,8 triliun.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 06 Feb 2024
Bagikan