Banjar Update
05 Juni, 2024 10:12 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Jepang adalah salah satu dari banyak negara di dunia yang masyarakatnya terbiasa menggunakan sumpit sebagai alat makan. Sumpit pertama kali dibawa ke Jepang dari China pada abad ke-7 dan menyebar ke seluruh negeri melalui pengaruh Shotoku Taishi, seorang politisi terkemuka pada zaman Asuka (592 - 710).
Dilansir dari Tsunagu Japan, pada Senin, 27 Mei 2024, selama berabad-abad berikutnya, Jepang mengembangkan budayanya sendiri seputar sumpit, dan kini terdapat seperangkat tata krama yang mapan untuk makan dengan sumpit.
Buat kalian para wisatawan yang berlibur ke Jepang perhatikan hal berikut agar tidak terjadi kesalahan. Beberapa larangan dianggap tidak sopan dan dianggap tabu oleh masyarakat Jepang.
Berikut beberapa hal yang perlu kalian perhatikan sebelum pergi ke Jepang.
Di Jepang, jika kalian menggunakan sumpit untuk menusuk makanan, itu disebut tsuki-bashi dan dianggap kurang sopan. Walau tekstur makanannya sedikit keras atau licin, lebih baik mengambilnya dengan hati-hati atau menggunakan sendok.
Beberapa orang mungkin ingin menusuk makanan mereka dengan sumpit untuk memeriksa kematangannya, tetapi ini juga dianggap tidak sopan karena menunjukkan bahwa kalian tidak percaya kepada koki bahwa makanan itu dimasak dengan benar.
Memasukkan sepasang sumpit lurus ke dalam mangkuk nasi disebut tate-bashi dan dianggap sebagai larangan paling serius terkait penggunaan sumpit di Jepang.
Hal ini karena tindakan tersebut menyerupai watashi-bashi, praktik seremonial yang dilakukan untuk orang yang telah meninggal, seperti menancapkan sumpit di dalam semangkuk nasi yang dipersembahkan dalam upacara pemakaman Buddha.
Selain menimbulkan asosiasi yang tidak diinginkan dengan kematian saat makan, tindakan ini juga dianggap membawa sial, sehingga sebaiknya dihindari saat berada di Jepang.
Seperti yang kita ketahui, masakan Jepang terdiri dari berbagai jenis hidangan. Dari menu utama hingga hidangan side dish yang disajikan di piring kecil, semuanya biasanya disajikan secara bersamaan. Namun, dalam penggunaan sumpit di Jepang, ada larangan untuk memilih-milih makanan dari satu piring ke piring lain secara bergantian mayoi-bashi.
Mayoi-bashi yang merupakan kebiasaan melayang-layangkan sumpit di atas piring atau mangkuk berisi makanan, bisa saja mengotori hidangan lainnya, dan hal ini dianggap tidak sopan oleh masyarakat Jepang. Selain itu, hal ini juga menunjukkan seseorang terlalu memilih-milih makanan dan tidak menghargai usaha orang yang memasaknya.
Menggunakan sumpit untuk mendekatkan mangkuk atau piring ke arah kalian disebut yose-bashi, dan sebaiknya dihindari saat berada di Jepang.
Selain kasar, tindakan ini juga bisa menimbulkan suara tidak menyenangkan saat piring meluncur di atas meja, dan dapat menyebabkan tumpahan atau kekacauan, terutama dengan makanan berkuah seperti sup.
Jika ingin mendekatkan piring atau mangkuk ke arah kalian, lebih baik lakukan dengan mengangkatnya menggunakan tangan.
Menggunakan sumpit untuk memberikan makanan kepada orang lain disebut watashi-bashi dan dianggap sebagai larangan besar saat makan. Hal ini karena tindakan tersebut menyerupai upacara penyerahan tulang dengan sumpit yang dilakukan di Jepang setelah orang yang dicintai dikremasi.
Jika ingin memberikan makanan kepada teman makan kalaian, lebih baik letakkan makanan tersebut terlebih dahulu ke dalam piring kecil, lalu berikan piring tersebut kepada mereka.
Di China dan negara-negara lain di Asia, memegang sumpit dalam bentuk x atau meletakkannya saling bersilangan dianggap sebagai simbol kematian. Hal ini juga dianggap sebagai pertanda nasib buruk di Jepang, jadi sebaiknya hindari jika memungkinkan. Lebih baik memegang dan meletakkan sumpit kalian agar sejajar dengan tubuh kalian.
Memegang sumpit seperti stik drum dan mengetuk piring atau gelas disebut tataki-bashi. Hal ini dianggap sangat tidak sopan. Selain menghasilkan suara dentingan yang tidak menyenangkan, tindakan tersebut juga dianggap cukup tidak pantas. Di Jepang, ada kepercayaan lama bahwa mengetuk mangkuk dapat menarik roh jahat, yang mungkin menjadi alasan lain di balik aturan etika ini.
Kalian akan sering menemukan sumpit kayu sekali pakai di restoran di Jepang. Meskipun ini adalah sumpit yang murah dan harus dibuang setelah digunakan, ada beberapa aturan yang harus diikuti saat menggunakannya.
Sumpit ini terhubung, jadi perlu memecahnya menjadi dua sumpit terpisah sebelum digunakan. Setelah memecahnya, beberapa orang akan menggosok-gosokkan sumpit tersebut satu sama lain dengan keras untuk menghilangkan serpihan-serpihan kecil kayu.
Tindakan ini disebut kosuri-bashi dan dianggap meremehkan restoran yang menyediakan sumpit tersebut karena memberi kesan sumpit tersebut berkualitas rendah.
Di beberapa daerah seperti Kyoto dan Osaka, menjilat dan memasukkan sumpit ke dalam mulut atau neburi-bashi dianggap tidak sopan dan harus dihindari. Menjilat sumpit tanpa ada makanan yang dijepit dianggap tidak etis bagi orang Jepang.
Menunjuk sumpit ke orang atau makanan saat makan disebut sashi-bashi dan dianggap tidak sopan serta berkelas rendah di Jepang.
Selain dianggap kasar, orang Jepang bisa menilai kalau kalian sombong karena merendahkan orang lain atau makanan yang ditunjuk. Sebaiknya, letakkan sumpit terlebih dahulu sebelum menunjuk makanan atau orang lain.
Meskipun mungkin sulit bagi orang dari negara-negara di mana penggunaan sumpit tidak umum untuk menguasai penggunaannya, sebaiknya tetap mencoba untuk menghindari memegang sumpit dalam genggaman telapak tangan dengan bentuk kepalan yang tertutup, seperti yang disebut nigiri-bashi.
Selain itu, hindari juga untuk memegang sumpit dengan dua tangan. Melakukan hal ini bahkan dapat memberikan kesan bahwa kalian ingin menggunakan sumpit sebagai senjata, dan dapat membuat beberapa orang Jepang yang makan bersama kalian merasa khawatir.
Di Jepang, sebelum memulai makan, biasanya orang akan melipat tangan dan mengucapkan itadakimasu (secara harfiah, saya menerima dengan rendah hati makanan ini) sebelum mengambil suapan pertama. Karena masakan Jepang semakin populer di luar negeri, banyak orang mungkin sudah mengenal istilah ini, begitu juga dengan gochisosama, yang diucapkan setelah makan selesai.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan mengucapkan itadakimasu sambil sudah memegang sumpit. Kiraibashi ini disebut ogami-bashi, dan hal ini terjadi karena memamerkan ujung sumpit kalian kepada orang lain dianggap tidak sopan. Jadi, saat bersantap di Jepang, pastikan untuk mengambil sumpit kalian setelah kalian mengucapkan itadakimasu.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 01 Jun 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 05 Jun 2024
Bagikan