Harga Komoditas Jeblok, Pendapatan dan Laba ESSA Merosot

05 Februari, 2024 15:40 WIB

Penulis:Redaksi Starbanjar

Emiten pemurnian gas PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) / Sep.co.id

undefined

STARBANJAR – Emiten gas dan amonia, PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA) membukukan penurunan kinerja pada tahun 2023. 

Mengutip laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia, ESSA mencatatkan pendapatan sebesar US$344,96 juta atau setara Rp5,41 triliun (kurs Jisdor Rp15.688 per dolar AS) sepanjang tahun 2023. Pendapatan ini turun 53% dari US$731,4 juta dibandingkan dengan 2022.  

Pendapatan ESSA ini disumbang oleh penjualan amonia ke pihak berelasi sebesar US$299,68 juta, penjualan elpiji ke pihak ketiga sebesar US$41,4 juta, dan jasa pengolahan sebesar US$3,79 juta.  ESSA mencatatkan beban pokok pendapatan yang juga turun 38% menjadi US$241,7 juta, dari US$390,3 juta secara tahunan atau year on year (yoy). 

Meski beban turun, pendapatan yang juga turun membuat laba kotor ESSA ikut terjun. Laba kotor ESSA turun 69,7% menjadi US$103,17 juta, dari sebelumnya US$341,16 juta secara tahunan.  

Hal tersebut membuat laba bersih ESSA turun hingga 75% secara tahunan atau yoy. Laba bersih ESSA turun menjadi US$34,6 juta atau setara Rp543 miliar, dari US$138,8 juta di tahun 2022. 

“Penurunan catatan pendapatan utamanya disebabkan oleh harga komoditas yang lebih rendah dan shutdown dalam rangka pemeliharaan terjadwal pabrik amoniak yang telah dilaksanakan pada kuarta; I-2023,” Corporate Secretary ESSA, Shinta D. U. Siringoringo, Senin 5 Februari 2024.

Harga realisasi Amoniak ESSA mengalami penurunan sebesar 54% yoy menjadi rata-rata US$412/MT. Penurunan harga Amoniak dimulai pada awal tahun 2023 dan mencapai level terendah pada pertengahan 2023, kemudian menunjukkan tren peningkatan di kuartal IV-2023. 

ESSA memperkirakan harga amoniak akan tetap berada di level yang stabil serupa dengan harga 2023. Meskipun pada awal 2024 diprediksi akan terjadi tekanan harga yang dipicu isu geopolitik di Timur Tengah dan kawasan laut merah.