Dunia

Hyundai Jual Pabriknya di China Seharga US$ 505 Juta

  • STARBANJAR - Produsen mobil asal Korea Selatan, Hyundai, jual pabriknya di China tepatnya di Chongqing dengan harga pembukaan US$505 juta atau setara dengan Rp75,75 triliun (kurs Rp15.000).
Dunia
Ahmad Husaini

Ahmad Husaini

Author

STARBANJAR - Produsen mobil asal Korea Selatan, Hyundai, jual pabriknya di China tepatnya di Chongqing dengan harga pembukaan US$505 juta atau setara dengan Rp75,75 triliun (kurs Rp15.000).

Penjualan pabrik tersebut merupakan salah satu strategi Hyundai yang mengatur ulang pendekatannya di China di tengah ketatnya persaingan harga dan permintaan pasar yang melambat.

Penjualan ini termasuk menjual hak penggunaan lahan serta peralatan dan fasilitas lainnya milik pabrik. Hal tersebut juga diungkap oleh China Beijing Equity Exchange pada 11 Agustus 2023 lalu.

Fasilitas Pabrik Chongqing merupakan pabrik patungan bersama dengan Beijing Automotive Group Co. Pabrik tersebut memulai produksinya pada 2017 silam dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 300.000 unit.

Juru bicara Hyundai Motor menyatakan bahwa Hyundai Motor telah mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan penjualan di Tiongkok. 

“Kami berencana memperkuat upaya kami untuk meningkatkan profitabilitas melalui optimalisasi operasi jajaran produksi kami,” ungkap juru bicara Hyundai Motor, dilansir dari TrenAsia, Kamis (24/8/2023).

Keputusan Hyundai menjual pabriknya diumumkan pada bulan Juni ketika pihak perusahaan memutuskan akan melakukan restrukturisasi operasionalnya di China. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan utama meningkatkan profitabilitas.

Pada masa kejayaannya, Hyundai pernah memiliki lima pabrik di China. Mereka telah menjual satu pabriknya pada 2021.

Namun penjualan pabrik tersebut akan berlanjut karena Hyundai disebut berencana mengoperasikan hanya dua pabrik untuk mengoptimalkan produksi dan efisiensi, khususnya untuk ekspor ke pasar negara-negara berkembang.

Hyundai sendiri melihat terjadinya penurunan penjualan mobil mereka di China beberapa tahun terakhir. Hal tersebut disinyalir karena adanya peralihan penggunaan kendaraan listrik untuk menggantikan mobil konvensional.

Terlebih mereka harus bersaing dengan raksasa mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla, yang saat ini sedang mengalami peningkatan pangsa pasar di China pada semester pertama 2023.