
Imbas Pandemi Covid-19, HM Sampoerna Tetap Komitmen Lindungi Pekerja
STARBANJAR – Produsen rokok terbesar di Indonesia PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk telah membuktikan komitmennya dalam mengelola kinerja dan menangani operasional perusahaan sepanjang 2019 dan semester I 2020. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang terjadi selama periode tersebut, termasuk pandemi Coronavirus Disease (Covid-19).
Ekonomi dan Bisnis
STARBANJAR – Produsen rokok terbesar di Indonesia PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk telah membuktikan komitmennya dalam mengelola kinerja dan menangani operasional perusahaan sepanjang 2019 dan semester I 2020. Berbagai inisiatif telah dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan yang terjadi selama periode tersebut, termasuk pandemi Coronavirus Disease (Covid-19).
Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis mengatakan Perseroan memahami bahwa akhir dari pandemi COVID-19 yang berpengaruh pada perlambatan ekonomi, masih tak menentu. Kendati demikian, industri hasil tembakau (IHT) harus terus bergerak, sehingga turut mendorong aktivitas sosio-ekonomi dan terus mempertahankan kontribusinya kepada perekonomian nasional.
Dia memastikan Sampoerna berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif bagi industri tembakau, termasuk perlindungan terhadap bisnis Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang merupakan sektor yang paling padat karya.
Bukan tanpa alasan, saat ini total karyawan langsung dan tidak langsung sebesar lebih dari 60.000 orang, adalah merupakan produsen SKT terbesar di Indonesia. Sebanyak 50.000 di antaranya merupakan karyawan SKT di 4 pabrik SKT Sampoerna dan 38 Mitra Produksi Sigaret yang tersebar di 27 kota/kabupaten di Pulau Jawa.
“Sampoerna juga tetap mewaspadai berbagai dampak lanjutan dari pandemi yang terjadi secara global dengan terus beradaptasi dengan perkembangan situasi, serta menciptakan terobosan dan inovasi di dalam perjalanan bisnisnya untuk mengokohkan kepemimpinan perusahaa,” ujar dia Jum’at (18/9/2020).
Mindaugas menyatakan Sampoerna menyadari pandemi Covid-19 ini merupakan tantangan yang berdampak langsung baik pada publik maupun dunia usaha Indonesia. Untuk industri rokok, kenaikan tarif cukai rata-rata 24% dan harga jual eceran sebesar 46% - yang berlaku pada 2020 - serta pandemi Covid-19 menjadi dua faktor utama yang memberikan dampak signifikan pada kinerja industri ini yang telah menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit.
Selama semester I 2020, volume industri mengalami penurunan sebesar 15%, tidak termasuk dampak dari estimasi pergerakan inventaris perdagangan, dimana penurunan tersebut secara umum terjadi pada segmen pajak Golongan 1.
“Daya beli konsumen yang lebih rendah memiliki tren penurunan yang yang kian cepat, yaitu penurunan konsumsi dari produk dengan pajak dan harga yang lebih tinggi (tingkat pajak Golongan 1) menjadi produk dengan pajak lebih rendah dan akibatnya dijual dengan harga yang lebih rendah (tingkat Pajak Golongan 2 dan Golongan 3,” imbuhnya.
Tak terelakkan lagi, Sampoerna menghadapi tantangan selama masa puncak pandemi, khususnya pada kuartal II 2020. Berbagai tantangan selama periode April-Juni 2020 menyebabkan koreksi terhadap kinerja perseroan.
“Sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3% atau turun 3,1 percentage point, sementara volume pengiriman 38,5 miliar batang mencerminkan penurunan sebesar 18,2%,” jelas Mindaugas.
Dia menyebut tantangan yang dihadapi sekarang, Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya dan menjawab tren yang berubah.
"Sebagai contoh, kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi,” kata dia.