Banjar Update
12 September, 2024 16:06 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini kembali melontarkan ancaman keras terhadap negara-negara yang mulai meninggalkan dolar AS sebagai mata uang utama dalam perdagangan internasional.
Trump, yang tengah berupaya kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2024, berjanji akan memberikan sanksi ekonomi kepada negara-negara yang beralih ke mata uang lain dalam transaksi global.
“Anda meninggalkan dolar dan anda tidak berbisnis dengan Amerika Serikat, kami akan mengenakan tarif 100 persen pada barang barang anda,” tegas Trump dengan nada keras di Wisconsin, Amerika Serikat, 8 September 2024.
Wacana untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat kembali mencuat di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar rupiah.
Banyak kalangan berpendapat, Indonesia perlu segera memikirkan langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan dolar dalam transaksi internasional guna memperkuat kedaulatan ekonomi dan menjaga stabilitas moneter.
Selama ini, dolar AS mendominasi sebagian besar transaksi global, termasuk di Indonesia. Meskipun pangsa dolar AS dalam cadangan devisa global telah menurun dibandingkan dekade sebelumnya, data terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa dolar masih mendominasi sekitar 59% dari total cadangan devisa dunia.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut sejumlah alasan mengapa Indonesia harus meninggalkan dolar Amerika Serikat.
Ketergantungan yang tinggi terhadap kebijakan moneter Amerika Serikat beresiko mempengaruhi negara pengguna dolar. Fluktuasi nilai tukar rupiah seringkali disebabkan oleh perubahan kebijakan suku bunga yang ditetapkan oleh Federal Reserve atau bank sentralnya Amerika. Hal ini memengaruhi beban utang luar negeri Indonesia yang sebagian besar berwujud dolar, resiko ini makin mengkhawatirkan terutama saat dolar menguat seperti kala dolar menyentuh angka Rp16.500 per dolar di semester satu 2024.
Selain itu, pengurangan penggunaan dolar dapat mendorong Indonesia untuk memainkan peran lebih besar di kawasan Asia Tenggara. Sejumlah negara seperti China dan beberapa anggota BRICS serta ASEAN sudah mulai mengimplementasikan penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral. Langkah ini dilakukan untuk mengurangi risiko nilai tukar dan mengurangi ketergantungan pada dolar.
Indonesia bisa memanfaatkan inisiatif ini untuk memperluas kerja sama perdagangan dengan negara-negara mitra seperti China dan Jepang. Penggunaan rupiah dalam perdagangan bilateral akan memperkuat posisi Indonesia di kawasan.
Dalam skala global, ketergantungan pada dolar juga meningkatkan risiko terkait geopolitik. Mengingat ketegangan politik antara Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya sering terjadi, akses terhadap dolar dapat dipengaruhi oleh sanksi atau perubahan kebijakan AS. Hal ini berpotensi memengaruhi perdagangan dan investasi Indonesia di pasar global.
Stabilitas nilai tukar rupiah menjadi alasan lainnya. Ketergantungan pada dolar seringkali membuat Indonesia menghadapi tantangan inflasi, terutama pada barang-barang impor yang harganya diukur menggunakan dolar. Diversifikasi mata uang dapat membantu Indonesia menjaga kestabilan harga dan mengurangi dampak negatif dari gejolak pasar global.
Langkah melepas dolar juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong pengembangan pasar keuangan syariah. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, penggunaan mata uang selain dolar dinilai dapat mempercepat pertumbuhan sektor ini. Pengurangan ketergantungan pada dolar akan memungkinkan Indonesia mengembangkan pasar keuangan yang lebih mandiri dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Transisi melepas pengarh dolar bukanlah hal muda, apalagi keluarnya ancaman perang tarif seperti yang disampaikan Donald Trump. Penguatan rupiah dan kerja sama internasional yang lebih luas diperlukan untuk mendukung langkah ini.
Pemerintah dan Bank Indonesia diharapkan dapat memainkan peran dalam menjaga stabilitas mata uang serta mempromosikan kerja sama mata uang lokal dengan negara-negara mitra.
Dalam jangka panjang, mengurangi ketergantungan pada dolar diharapkan dapat memberikan Indonesia kedaulatan ekonomi yang lebih besar serta mengurangi risiko gejolak ekonomi global yang kerap dipengaruhi oleh kebijakan Amerika Serikat.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 09 Sep 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 12 Sep 2024
Bagikan
Banjar Update
2 jam yang lalu