
Jadi Daerah Penyangga, Kalsel Punya Peluang Suplai Kopi Lokal ke IKN
- Pemindahan ibu kota negara (IKN) ke kawasan Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur dinilai menjadi peluang bagi pemerintah dan petani di Kalsel sebagai daerah penyangga untuk menyuplai komoditas seperti kopi.
Ekonomi dan Bisnis
STARBANJAR- Pemindahan ibu kota negara (IKN) ke kawasan Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur dinilai menjadi peluang bagi pemerintah dan petani di Kalsel sebagai daerah penyangga untuk menyuplai komoditas seperti kopi.
Bukan tanpa alasan, Dwi Putra Kurniawan, selaku Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan, menjelaskan konsumsi kopi serta pertumbuhan coffee shop di kawasan IKN pasti akan meningkat seiring berpindahnya warga di Jakarta ke PPU.
Terlebih, saat ini ada beberapa daerah seperti Kota Banjarbaru dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) yang mulai melirik pertanian kopi lokal. Kondisi ini hanya perlu dimaksimalkan oleh petani dan pemda setempat agar komoditas bisa mencukupi untuk kebutuhan warga IKN.
"Konsumsi kopi masyarakat metropolitan kan cukup tinggi. Jadi Kalsel bisa menangkap peluang untuk menyuplai kopi dari sini," ujar Dwi.
Adapun jenis kopi yang bisa ditawarkan antara lain robusta, arabika, excelsa, dan liberika. Semua varian itu, menurut Dwi, tersedia di Kalimantan Selatan lantaran kondisi alamnya mencakup dari kawasan pegunungan hingga ekosistem rawa gambut.
Di kawasan pegunungan, ada jenis kopi seperti robusta dan arabika yang mulai ditanami sejumlah petani di kawasan Pegunungan Meratus. Sementara, untuk varian liberika dan excelsa dapat ditanami di lahan yang lebih rendah laiknya ekosistem rawa gambut.
Dwi pun memberi gambaran, satu kilogram green bean atau beras kopi bisa menghasilkan keuntungan senilai Rp 50-60 ribu per kilogram. Nilai ini boleh dibilang tinggi untuk produk pertanian. "Dikalikan saja misalnya satu ton. Jelas menguntungkan tanpa harus merusak alam," kata dia.
Mengacu Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementan RI yang diolah Katadata, konsumsi kopi nasional pada 2016 sendiri mencapai 250 ribu ton dan tumbuh pada tahun selanjutnya sebesar 10,54% atau 276 ribu. Diprediksi, nilai ini terus bertumbuh setiap tahunnya sebesar 8,22% per tahun. Pada tahun 2021 tadi, diprediksi konsumsi kopi sudah mencapai 795 ton dengan konsumsi 370 ribu ton dan surplus sebanyak 425 ribu.