Dunia

Jaga Kebebasan Pers, Enam Organisasi Jurnalis Asia Tenggara Jalin Kolaborasi

  • STARBANJAR - Enam organisasi dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Timor Leste menjalin kerja sama regional sebagai respons serempak atas memburuknya iklim kebebasan pers di sebagian besar negara di Asia Tenggara.
Dunia
Ahmad Husaini

Ahmad Husaini

Author

STARBANJAR - Enam organisasi dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Timor Leste menjalin kerja sama regional sebagai respons serempak atas memburuknya iklim kebebasan pers di sebagian besar negara di Asia Tenggara.

Keenam organisasi tersebut adalah Aliansi Jurnalis Independen/AJI (Indonesia), Persatuan Jurnalis Nasional Filipina/NUJP (Filipina), Asosiasi Aliansi Jurnalis Kamboja/CamboJA (Kamboja), The Center for Independent Journalism (CIJ) dan Gerakan Media Merdeka /GeramM (Malaysia), dan Asosiasi Wartawan Timor Leste/AJTL (Timor Leste).

Kolaborasi ini berupa kerja-kerja untuk memantau kebebasan pers dan meningkatkan meningkatkan keamanan bagi jurnalis.

Kerja sama ini diluncurkan melalui Konferensi Regional pada Senin, 12 Desember 2022 di Phnom Penh, Kamboja, bertemakan “Strengthening collaboration, defending press freedom in Southeast Asia”.

Konferensi ini juga merupakan bagian dari peringatan Hari Hak Asasi Manusia Internasional. Acara ini dihadiri sekitar 100 peserta dari enam negara yang melibatkan organisasi jurnalis, peneliti, dan organisasi internasional. 

Memburuknya iklim kebebasan pers ditunjukkan dengan menguatnya impunitas terhadap kejahatan terhadap jurnalis. Menurut Indeks Impunitas CPJ (2022), Filipina dan Myanmar termasuk di antara sebelas negara yang dianggap "terburuk" dalam mengejar pembunuh jurnalis. 

Outlet media di Asia Tenggara menghadapi tekanan dari pemerintah yang semakin otoriter, serangan digital yang meningkat, dan sejumlah undang-undang kejam yang mempermudah kriminalisasi terhadap  jurnalis.

Kecuali Timor Leste, peringkat kebebasan pers sebagian besar negara Asia Tenggara menurut RSF (2022) berada di atas 100 atau dalam situasi 'berbahaya'. 

Myanmar memiliki peringkat terendah setelah kudeta militer pada 2021, Filipina di peringkat 147 dan Kamboja di peringkat 142–setelah serangan terus-menerus oleh pemerintah. Indonesia di urutan ke-117, Thailand di urutan ke-115, dan Malaysia di urutan ke-113. 

Di tengah meningkatnya ancaman terhadap keselamatan jurnalis, sejumlah organisasi jurnalis di Asia Tenggara masih memiliki kekuatan untuk melawan. 

Mereka memainkan peran penting dalam kampanye anti-impunitas, mengadvokasi jurnalis dan media yang menjadi sasaran serangan, serta mendorong kualitas jurnalisme independen.

Sekjen AJI Indonesia, Ika Ningtyas mengatakan bahwa kita harus terus melihat peluang untuk bekerja sama meski menghadapi kesulitan. 

Organisasi jurnalis di Asia Tenggara memiliki rekam jejak panjang pengalaman kerja sama dan inisiatif ini harus segera dihidupkan kembali.

“Hanya dengan memperkuat solidaritas dan kolaborasi, kita dapat saling mendukung untuk memperjuangkan kebebasan pers di kawasan dan di setiap negara," kata Ika dalam siaran pers yang diterima, Rabu (14/12/2022).

Nop Vy, Direktur Eksekutif CamboJA mengatakan kolaborasi regional merupakan upaya untuk membangun pencegahan yang kuat, juga perlindungan dan, melantangkan suara-suara seruan untuk mengakhiri impunitas kejahatan terhadap jurnalis.”

“Memperkuat kolaborasi dan berbagi pengalaman menjadi sangat penting untuk kawasan ini sekarang, ketika media menghadapi banyak tantangan dari negara dan aktor non-negara,” tambah Direktur Eksekutif CIJ, Wathshlah G Naidu. 

Senada, Presiden AJTL, Zevonia Vieira menyebut penting pula penguatan jejaring di Asia Tenggara untuk memperjuangkan kebebasan pers. 

“Juga berkolaborasi dalam penguatan kapasitas agar kian berkembang, demi tercapainya kualitas jurnalistik di masing-masing negara,” tegas Zevonia.

Sementara itu , Jonathan De Santos, Ketua Persatuan Jurnalis Nasional di Filipina, menyoroti kerja solidaritas di antara komunitas jurnalisme dan upaya pengungkapan kasus-kasus yang masih gelap di Filipina.

 NUJP mengakui bahwa perjuangan untuk kebebasan pers tidak terbatas pada batasan wilayah. 

“Organisasi jurnalisme di seluruh Asia Tenggara perlu bekerja sama untuk menjaga satu sama lain lebih aman dan membuat satu sama lain lebih kuat," imbuh Jonathan.