
Jalan Terjal Industri Sawit Indonesia di Tengah Wabah Corona
Industri kelapa sawit di Indonesia kini tengah menempuh jalan terjal. Usai virus corona meluas serta kondisi gejolak politik global yang kian memanas, asosiasi pengusaha sawit mencatat setidaknya terjadi penurunan ekspor crude palm oil (CPO), palm kernel oil, dan biodiesel yang cukup signifikan.
Ekonomi dan Bisnis
Industri kelapa sawit di Indonesia kini tengah menempuh jalan terjal. Usai virus corona meluas serta kondisi gejolak politik global yang kian memanas, asosiasi pengusaha sawit mencatat setidaknya terjadi penurunan ekspor crude palm oil (CPO), palm kernel oil, dan biodiesel yang cukup signifikan.
Meminjam catatan Gabungan Asosiasi Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), penurunan tersebut terjadi ke semua negara tujuan ekspor. Seperti China, Uni Eropa, India, hingga Amerika Serikat. Hanya Bangladesh yang mengalami kenaikan ekspor sebesar 40 ribu ton.
"Untuk ekpsor ke China turun 381 ton atau sebesar 57 persen, Uni Eropa turun 188 ribu ton dengan penurunan jadi 30 persen, India turun 141 ribu ton atau 22 persen, dan Amerika Serikat turun 64 persen sebesar 129 ribu ton," ujar Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sarjono dalam siaran pers yang diterima starbanjar, pada Kamis (2/4/2020).
Mukti khawatir wabah corona yang diperkirakan berlangsung hingga lebaran dan secara global puncak pademi terjadi pada Mei-Juni 2020 ini juga akan menekan harga minyak nabati termasuk minyak sawit.
"Banyak pakar dunia memperkirakan puncak pandemik corona akan terjadi pada sekitar bulan Mei-Juni. Situasi ini dikhawatirkan akan menekan harga minyak nabati termasuk minyak sawit," kata dia.
Di sisi lain, situasi politik-ekonomi dunia akhir-akhir ini dan harga minyak bumi yang tidak menentu karena buntunya kesepakatan antara OPEC juga menambah parah penyebab turunnya konsumsi global terhadap produk minyak sawit.
Padahal sebelumnya, industri kelapa sawit di Indonesia cukup mendapatkan angin segar karena rata-rata harga CPO Cif Rotterdam mengalami kenaikan hingga US$830/ton. Pada Desember 2019 lalu hanya sebesar US$787.