Ekonomi dan Bisnis

Kasus Stunting di Batola Diklaim Turun

  • STARBANJAR - Kasus stunting di Kabupaten Barito Kuala diklaim turun. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Batola Rahmadian Nomor usai rapat Percepatan Penurunan Stunting di Aula Mufakat Setda Kab Batola, Jumat (10/06/2022).
Ekonomi dan Bisnis
Redaksi Starbanjar

Redaksi Starbanjar

Author

STARBANJAR - Kasus stunting di Kabupaten Barito Kuala diklaim turun. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Batola Rahmadian Nomor usai rapat Percepatan Penurunan Stunting di Aula Mufakat Setda Kab Batola, Jumat (10/06/2022). 

Wabup Batola H Rahmadian Noor dalam Rapat Percepatan Penurunan Stunting mengutarakan, melalui program prioritas Permata Bunda stunting di Batola telah mengalami tren penurunan. 

Jika tahun 2020 tercatat angka mencapai 16,81 persen di tahun 2001 menjadi 14,26 persen dan 2022 menjadi 12,56 persen.

Langkah yang dilakukan Batola melalui program prioritas seperti memberikan makanan tambahan ibu hamil dan anak balita atau yang dinamakan Program Permata Bunda yang disinergikan dengan seluruh pemerintah desa. 

Program ini, kata wabup, bertujuan untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat bagi ibu hamil dan anak balita yang dilaksanakan secara berkelanjutan dalam rangka percepatan penurunan stunting sesuai dengan target nasional turun hingga 14 persen tahun 2024. 

Selain itu juga dilakukan program-program bidang kesehatan yang merupakan kegiatan rutin pelayanan dasar di bidang kesehatan masyarakat seperti pemberian tablet tambah darah, imunisasi, pemberian ASI Eksklusif dan PHBS. 

Pemkab Batola, lanjutnya, juga melaksanakan intervensi gizi spesifik melalui program ketahanan pangan, pembangunan tempat tinggal yang layak, aksis sanitasi, air bersih, serta bantuan sosial dan jaminan kesehatan. 

Untuk jangka panjang dilakukan pemulihan ekonomi melalui program padat karya yang dikolaborasikan melalui program Bedah Kampung Terintegrasi.

Melalui Rapat Percepatan Penurunan Stunting kali ini Rahmadi berharap dapat lebih menggerakan upaya dalam memberikan penanganan yang lebih khusus terhadap stunting sehingga mencapai target yang diimpikan Pemerintah Pusat.

“Info yang kami dapat dari Dinkes Batola ada angka penurunan yang kini hanya tersisa 12 persen, ini capaian yang baik dari beberapa program yang dijalankan beberapa tahun terakhir,” ungkap Wakil Gubernur Kalsel H Muhidin.

Muhidin didampingi Wakil Bupati (Wabup) Batola H Rahmadian Noor, Kadis Kesehatan Provinsi Kalsel Diauddin, Kepala BKKBN Kalsel Ramlan, dan Kadis Kesehatan Batola, Hj Azizah Sri Widari. 

Muhidin mengutarakan, selama ini memang terdapat dua data yang menjadi acuan sebagai bentuk pemetaan stunting, baik berupa Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) maupun Elektronik Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). 

Namun untuk hasil yang lebih jelas, pihaknya akan kembali mendata secara riil ke masyarakat agar ditemukan data lebih valid dan akurat sebagai titik awal tindak lanjut penanganan berikutnya. 

“Dengan mengantongi data yang tepat kita akan ajukan bantuan. Bisa melalui CSR atau ke Kementerian terkait pengentasan stunting ini,” lanjutnya. 

Berdasarkan data BKKBN Provinsi, Ramlan, Batola merupakan daerah yang tertinggi di Kalsel dari segi rumah tidak layak huni yang mencapai 38 persen, sanitasi tidak layak 48 persen, dan air bersih juga tertinggi berkisar 39 persen. 

“Ini adalah faktor sensitif, pengaruh terbesar terjadinya stunting. Yakni 70 persen dibandingkan faktor spesifik pada gizi,” ucapnya. 

"Terhadap permasalahan ini tidak hanya membutuhkan bantuan asupan gizi pendamping yang akan diupayakan namun juga pembenahan tempat tinggal yang tidak layak, sanitasi, dan kesediaan air bersih," imbuh H Muhidin.