Banjar Update
22 Januari, 2024 21:40 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA – Istilah trust issue akhir-akhir ini memang sering diucapkan banyak orang. Bahkan, Anda tentu tidak asing lagi melihat istilah tersebut saat scrolling di media sosial.
Dalam kerangka hubungan interpersonal, istilah "trust issues" merujuk pada tingkat ketidakpercayaan yang mendalam atau keragu-raguan terhadap niat, perkataan, atau tindakan individu lain.
Trust issuessering kali bersumber dari pengalaman traumatis atau pengkhianatan di masa lalu, yang membuat seseorang sulit membuka diri dan mempercayai orang lain. Keberadaan trust issues dapat menjadi hambatan dalam membentuk hubungan yang sehat, berdampak pada kualitas interaksi sosial seseorang.
Trust issues tidak selalu berasal dari perilaku nyata individu lain; trauma emosional atau pengalaman masa kecil yang menyakitkan juga dapat menjadi pemicu. Individu yang mengalami trust issues cenderung melihat segala sesuatu dengan sikap skeptis dan menganggap tindakan kecil pun sebagai potensi pengkhianatan.
Dampak dari trust issues dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan pribadi, karier, dan persahabatan. Oleh karena itu, penanganan trust issues menjadi langkah krusial dalam upaya menciptakan hubungan yang sehat dan membangun dasar kepercayaan yang kokoh. Nah, berikut 5 strategi menghadapi trust issues.
Transparansi menjadi kunci dalam membangun dan menjaga kepercayaan. Pihak yang terlibat dalam isu kepercayaan perlu berkomunikasi secara terbuka, jujur, dan transparan. Ini mencakup memberikan informasi yang relevan, menjelaskan alasan di balik keputusan, dan menghindari menyimpan rahasia yang tidak perlu. Komunikasi terbuka dapat meredakan ketidakpastian dan membuka pintu untuk pemahaman yang lebih baik antara semua pihak yang terlibat.
Salah satu cara konkret untuk membangun kembali kepercayaan adalah dengan memenuhi janji-janji yang dibuat. Konsistensi antara perkataan dan tindakan menjadi kunci utama di sini. Ketika seseorang konsisten dalam memenuhi komitmen dan janji, hal ini akan meningkatkan rasa kepercayaan dari pihak lain. Dengan mempertahankan kredibilitas, individu atau organisasi dapat memperbaiki isu kepercayaan yang mungkin ada.
Mengakui kesalahan adalah langkah krusial dalam membangun kembali kepercayaan. Jika kepercayaan telah terganggu karena kesalahan atau penilaian yang kurang tepat, bertanggung jawab atas tindakan tersebut menjadi kunci.
Menghindari menyalahkan orang lain dan memberikan permintaan maaf yang tulus atas kerugian yang disebabkan dapat membantu memperbaiki hubungan. Menunjukkan akuntabilitas dan kesediaan untuk belajar dari kesalahan membantu membangun kembali kepercayaan dalam diri individu atau organisasi.
Kepercayaan sangat terkait dengan kualitas hubungan. Mengambil waktu untuk membangun dan memperkuat hubungan menjadi hal yang sangat penting. Ini melibatkan pendengaran aktif terhadap permasalahan, memahami sudut pandang orang lain, dan menunjukkan empati.
Dengan menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung, individu dapat bekerja menuju pemulihan kepercayaan. Membangun hubungan juga melibatkan menciptakan rasa keterhubungan dan kerja sama, yang dapat mengurangi isu kepercayaan seiring waktu.
Ketika isu kepercayaan muncul dalam lingkungan organisasi, melibatkan pihak terkait dalam proses penyelesaian dapat memberikan manfaat. Hal ini dapat melibatkan anggota tim, pemimpin, atau pihak eksternal yang terpengaruh oleh isu kepercayaan.
Mencari masukan dari semua pihak yang terlibat membantu memastikan pemahaman menyeluruh tentang situasi dan mendorong penyelesaian masalah secara kolaboratif. Melibatkan pihak terkait juga menunjukkan komitmen terhadap inklusivitas dan keadilan dalam menyelesaikan tantangan terkait kepercayaan.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 22 Jan 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 22 Jan 2024
Bagikan