
Mengeruk Cuan dari Pesona Alam Tahura Sultan Adam
Pengelolaan destinasi pariwisata berbasis lingkungan hidup tengah dijajal Pemprov Kalsel untuk mendongkrak pemasukan asli daerah (PAD). Ambil contoh, di Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin. Pada awal tahun 2020 saja, pemprov bisa mengeruk cuan hingga Rp. 700 juta dari penarikan retribusi.
WISATA & KULINER
Pengelolaan destinasi pariwisata berbasis lingkungan hidup tengah dijajal Pemprov Kalsel untuk mendongkrak pemasukan asli daerah (PAD). Ambil contoh, di Taman Hutan Raya Sultan Adam Mandiangin. Pada awal tahun 2020 saja, pemprov bisa mengeruk cuan hingga Rp. 700 juta dari penarikan retribusi.
Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalsel, Hanif Faisol Nurofiq, membeberkan pemasukan sebesar itu terhitung sampai bulan Maret 2020 ini. Selain di Mandiangin, kawasan wisata Bukit Batu yang juga berada di area Tahura ikut menyumbang pendapatan tersebut.
Kata Hanif, Pemprov Kalsel sendiri sudah menarget pemasukan dari Tahura Sultan Adam bisa tercapai 3 Miliar untuk tahun ini. Ia optimistis angka ini bisa terlampaui.
"Kalau menurut saya 3 miliar akan terlampaui ya melihat potensi yang ada. Dan kita akan jadikan Tahura Sultan Adam ini jadi wisata terpadu ya," ujarnya saat ditemui di Kantor Pusat Pemasaran Hasil Hutan (PPHH) Kalsel, Selasa (17/3/2020).
Upaya menggenjot wisata sebagai sektor unggulan semisal bukan tanpa alasan. Pemerintah daerah, menurut Hanif, mengikuti rekomendasi dari Bank Indonesia (BI) untuk membangun sektor wisata di tengah kelesuan ekonomi.
"Selain sektor pertambangan yang agak menurun, dan sektor kelapa sawit yang terus kita pacu. Salah satu yang kita bangkitkan adalah sektor pariwisata misalnya di Tahura Mandiangin ini," ujarnya.
Sekadar diketahui, pada tahun 2019 lalu objek wisata Tahura Sultan Adam berhasil meraup pendapatan sebesar Rp 1,6 miliar. Angka ini surplus 600 juta dari target awal sebesar 1 miliar.