Banjar Update
23 April, 2024 09:12 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA- Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, ternyata perdagangan bisnis antara kedua negara tersebut tetap berjalan lancar.
Di sisi lain, relasi diplomatik dan bisnis antara Indonesia dan Iran juga disebut tidak terpengaruh terhadap konflik Iran - Israel.
Seperti yang dilansir dari Antara, Senin, 22 April 2024, Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa nilai ekspor Indonesia ke Iran hanya menyumbang sekitar 2,15 persen dari total ekspor Indonesia ke wilayah Timur Tengah.
Sementara ekspor ke Israel juga hanya mencapai sekitar 1,83 persen dari total ekspor ke wilayah tersebut.
Komoditas utama yang diekspor ke Iran mencakup buah-buahan, kendaraan, dan produk kimia, dengan nilai mencapai US$195,13 juta atau sekitar Rp3,16 triliun(kurs Rp16.210).
Sedangkan ekspor Indonesia ke Israel berupa produk lemak dan minyak hewan/nabati, alas kaki, serta mesin dan perlengkapan elektrik, dengan nilai mencapai US$165,77 juta atau sekitar Rp2,68 triliun.
Meskipun nilai impor dari Iran dan Israel relatif kecil, hanya sekitar 0,12 persen dan 0,22 persen dari total impor Indonesia dari Timur Tengah, perdagangan dengan dua negara tersebut tetap berlangsung dengan relatif lancar.
Hal ini menunjukkan bahwa hubungan ekonomi dapat terus berkembang meskipun adanya ketegangan politik di tingkat internasional.
"Jadi secara dampak langsung (konflik Iran-Israel) melalui perdagangan akan relatif minimal," terang Amalia di Jakarta.
Data BPS terbaru menunjukkan bahwa perdagangan internasional Indonesia ke Timur Tengah mencapai puncak tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2023, dengan total perdagangan mencapai US$19,20 miliar atau sekitar Rp311,28 triliun.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Timur Tengah mencapai US$9,06 miliar, sementara impornya mencapai US$10,13 atau sekitar Rp164,23 triliun.
Tiga negara dengan nilai perdagangan terbesar bagi Indonesia adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Oman.
Perdagangan ini didominasi oleh berbagai komoditas, termasuk kendaraan, lemak dan minyak hewani/nabati, kayu, logam mulia, dan bahan bakar mineral.
Situasi politik yang tidak selalu stabil di Timur Tengah tidak menghalangi arus perdagangan ini.
Meskipun demikian, beberapa pihak mendorong agar Indonesia terus memperkuat kerja sama regional dan memperhatikan berbagai risiko yang mungkin timbul.
Dengan pertumbuhan perdagangan yang kuat ini, Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai mitra dagang yang penting di Timur Tengah, sambil menjaga keragaman hubungan ekonomi di seluruh wilayah tersebut.
Kerja sama perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara di wilayah tersebut terus memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi kedua belah pihak.
Demi menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, kerja sama perdagangan antarnegara menjadi salah satu pilar penting yang harus diperkuat, terutama di tengah gejolak politik dan keamanan di berbagai wilayah dunia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 23 Apr 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 23 Apr 2024
Bagikan
Banjar Update
3 jam yang lalu