Bentang alam karst Pegunungan Meratus di Desa Nateh.
WISATA & KULINER

Menyusuri Nateh, Desa dengan Pesona Karst yang Memikat

  • Desa Nateh, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), menawarkan pesona bukit karst yang memikat. Kawasan ini bisa menjadi alternatif destinasi wisata untuk melepas penat dari hiruk pikuk perkotaan karena alamnya yang masih asri.

WISATA & KULINER
Nurul Khasanah

Nurul Khasanah

Author

Desa Nateh, Kecamatan Batang Alai Timur, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), menawarkan pesona bukit karst yang memikat. Kawasan ini bisa menjadi alternatif destinasi wisata untuk melepas penat dari hiruk pikuk perkotaan karena alamnya yang masih asri.

***

Desa ini terletak persis di kaki Pegunungan Meratus. Untuk mencapai ke sana, Anda akan memakan waktu selama 45 menit jika menggunakan mobil atau motor. Dengan jarak tempuh sekitar 28 kilometer dari Barabai, pusat Kabupaten HST.

Tak perlu khawatir. Meski berada di kaki gunung, akses menuju desa ini sudah mulus beraspal. Sepanjang jalan, Anda bakal disajikan sederet desa warga Meratus lainnya. Serta pemandangan sungai besar Batang Alai.

Kala memasuki gerbang Nateh, panorama bentang karst sudah dapat dilihat dari sisi kiri dan kanan. Gunung kapur ini menjulang tinggi dengan tetumbuhan liar yang. Membuat panorama tak menjadi gersang.

Di bagian gunung karst, Anda akan menemukan kawasan hulu sungai Batang Alai yang airnya masih jernih. Warga setempat biasanya memakai aliran sungai ini untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi hingga mencuci.




"Ini bisa diminum kalau mau. Sumbernya datang langsung dari gunung-gunung kapur (karst) itu. Jadi aman," kata Arbaini, tokoh masyarakat Nateh sekaligus pemandu kami, saat ditemui starbanjar beberapa waktu lalu. Arbaini menjadi sosok pemandu kami ketika menyusuri desa.

Selain memperlihatkan bentang karst dan sungainya yang jernih, lelaki paruh baya ini joga memboyong kami ke sejumlah tempat tersembunyi lainnya.

Ambil contoh, Goa Ali. Terletak di desa yang sama, kawasan ini hanya bisa ditempuh dengan menggunakan motor dengan waktu tempuh selama 20 menit. Ini lantaran akses utama menuju goa cuma bisa melalui jalur kebun karet warga.

Tak mudah untuk mencapai mulut utama goa ini. Terhubung dengan gunung kapur, Anda harus berjalan menanjak dan melewati kebun warga terlebih dahulu agar mencapai pintu utama Goa Ali.

Meski demikian, lelahnya perjalanan akan terbayar ketika sampai ke mulut goa. Suasananya kelewat sejuk. Bagi Anda yang suka mengabadikan diri lewat Instagram, kawasan ini juga tepat untuk dijadikan spot berfoto.



"Ini jarang dikunjungi. Orang-orang tertentu saja. Nama tempat ini juga ditentukan sesuai nama pemilik tanah di sini. Namanya Ali. Sebenarnya ada beberapa lagi (goa) yang bisa dikunjungi," ujarnya.
 
Arbaini berkata, sebenarnya kawasan Nateh dapat berpotensi menjadi desa wisata yang menyumbang banyak pendapatan daerah jika dikelola dengan baik. Namun, karena belum begitu dilirik oleh pihak otoritas, maka daerah ini belum begitu banyak dikenal pelancong.

Sekadar diketahui, perekonomian warga Nateh saat ini mayoritas hanya ditopang oleh perkebunan karet. Ada yang memiliki lahan sendiri. Ada pula yang menjadi buruh sadap di lahan warga lainnya.
 
"Dulu sempat jadi desa ekowisata oleh salah satu BUMD. Tapi enggak jalan juga. Harus ada pendampingan terus menerus. Sampai benar-benar mandiri. Baru bisa dilepas," ujarnya.