
Pelaku Industri Dorong Pembangunan Ekosistem Industri Semikonduktor
- STARBANJAR - Pemerintah sedang menyiapkan pusat desain semikonduktor di Bandung Jawa Barat. Industri semikonduktor nasional tertinggal jauh dari negara lain di Asia, meski sempat mengekspor pada medio pertengahan 80an.
Ekonomi dan Bisnis
STARBANJAR - Pemerintah sedang menyiapkan pusat desain semikonduktor di Bandung Jawa Barat. Industri semikonduktor nasional tertinggal jauh dari negara lain di Asia, meski sempat mengekspor pada medio pertengahan 80an.
Presiden Direktur PT Astra Visteon Indonesia, Prihantanto Agung menuturkan sektor industri semikonduktor seperti kecil-kecil cabe rawit. Barangnya kecil tetapi menentukan dalam proses produksi otomotif.
“Barangnya kecil harganya cuma 0,1 dolar, namun bisa membuat kami jualan mobil yang harganya ratusan juta,” ujar Prihantanto dalam keterangannya, Kamis (8/12/2022).
Selama pandemi, lanjut Prihantanto, rantai pasok semikonduktor global terputus dan berdampak bagi sektor otomotif di Indonesia.
“Ini memukul industri kami. Harga semikonduktor yang semula sekitar USD 0,1 melonjak berkali lipat hingga menyentuh USD 9-25,” kata dia.
Bagi industri otomotif produk otomotif tidak akan jalan tanpa semikonduktor. Oleh karena, industri mau tidak mau harus membeli. Kalau tidak, industri mobil bisa mati.
Country Manager Indonesia STMicroelectronics, Slamet Wahyudi mengatakan, bahan baku utama semikonduktor, foundry, sekitar 56 persen dikuasai TSMC. Kemudian Samsung 16 persen, UMC 7 persen, Global Foundry 6 persen, SMIC 4 persen, dan lainnya 12 persen.
“Proses manufaktur setelah foundry ada beberapa proses yang dikerjakan oleh robot dan diawasi oleh manusia. Ada beberapa orang Indonesia yang bekerja di bagian research and development (R&D),” kata Slamet.
Menurut dia, ekosistem semikonduktor perlu penguatan pada proses R&D agar dapat berkembang dan dikomersialisasikan. Langkah baik tersebut sudah dipraktikkan oleh Singapura dan Malaysia.
Director of Enterprise Intel Indonesia Corporation, Fransiskus Leonardus mengungkapkan menurut perhitungan Intel pembuatan pabrik manufaktur pada periode 2020 membutuhkan nilai investasi sebesar USD 10-15 miliar.
“Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan pada 2010 dengan nilai investasi sebesar USD 6 miliar,” ujarnya.
Di sisi lain, Intel mendukung penuh pengembangan industri semikonduktor dalam negeri yang akan ditindaklanjuti oleh Kemenperin melalui nota kesepahaman, antara lain untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan desain chip.
“Sebab, dalam proses desain semikonduktor hal yang perlu diperkuat adalah dari sisi R&D, termasuk penyiapan SDM. Selama ini belum ada desain made in Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia sudah memiliki desain tersendiri. Bahkan, satu negara tertentu bisa memiliki lebih dari 20 desain,” ungkap Fransiskus.