Ekonomi dan Bisnis
06 Maret, 2024 14:40 WIB
Penulis:Redaksi Starbanjar
STARBANJAR – Emiten pertambangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang biasa dikenal Antam ini berambisi menggenjot produksi dan penjualan sejumlah komoditas andalan seperti emas dan nikel sepanjang 2024.
Corporate Secretary Antam Syarif Faisal Alkadrie mengungkapkan bahwa perseroan siap memacu penjualan emas naik 43% sepanjang 2024. Salah satu caranya adalah melakukan inovasi untuk penjualan logam mulia di pasar dalam negeri.
Terkait mayoritas bahan baku emas, kata Arief, perseroan akan mendapatkannya dari pihak ketiga dibandingkan dengan bijih emas yang ditambang oleh ANTM sendiri.
“Penjualan itu meningkat 43% dibandingkan dengan capaian penjualan unaudited emas sepanjang 2023 sebesar 840.067 troy ounce atau sekitar 26.129 kilogram,” jelasnya dalam keterangan resmi pada Rabu, 6 Maret 2024.
Mengacu data tersebut, Antam optimistis produksi emas dari tambang emas sebesar 30.800 troy ounce atau sekitar 958 kilogram sepanjang 2024. Sedangkan, untuk penjualan emas ditargetkan mencapai 1.200.959 troy ounce atau sebesar 37.354 kilogram.
Selanjutnya, Antam juga berupaya meningkatkan volume produksi dan penjualan feronikel sebesar 22.464 ton nikel dalam feronikel (TNi) pada tahun 2024. Angka tersebut mengalami kenaikan 5% dari tahun sebelumnya untuk produksi dan 12% dari sisi penjualan.
Adapun target produksi bijih nikel konsolidasian untuk bahan baku pabrik feronikel dan penjualan domestik adalah 20,58 juta wet metrik ton (wmt) sepanjang 2024, naik 53% dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, lanjut Syarif, Antam juga menargetkan penjualan bijih nikel dapat melesat 60% menjadi 18,75 juta wmt pada tahun 2024 dibandingkan dengan 11,71 juta wmt pada tahun sebelumnya.
Meskipun harga nikel dunia mengalami tren penurunan, anggota Holding BUMN pertambangan ini cukup yakin dengan bahan utama kendaraan listrik itu masih bisa tumbuh positif sepanjang 2024, lantaran masih adanya penyerapan produk di pasar global.
Selain emas dan nikel, perseroan juga memiliki fokus pada komoditas bijih bauksit. ANTM berambisi untuk mencapai produksi sebesar 3,47 juta wmt, sesuai dengan kebutuhan bauksit untuk pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan, serta proyeksi penjualan kepada pelanggan pihak ketiga.
Syarif menjelaskan target ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 72% dibandingkan dengan produksi tahun 2023 yang mencapai 2,01 juta wmt. Sedangkan, untuk target penjualan bauksit, perseroan mengejar kenaikan signifikan hingga 103% tepatnya di angka 3,05 juta wmt sepanjang tahun 2024.
Bukan hanya emas, nikel dan bauksit, Antam juga berupaya meningkatkan produksi alumina produksi alumina sebesar 160.000 ton, dengan harapan penjualan meningkat menjadi 170.000 ton.
Target tersebut juga bertujuan dalam mengoptimalkan operasi pabrik CGA di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Angka-angka di atas juga mencerminkan peningkatan sebesar 15% dibandingkan dengan pencapaian tahun 2023. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan untuk memperkuat posisinya di pasar.
Data IDX Mobile pada penutupan perdagangan sesi I hari Rabu, 6 Maret 2024, menunjukan bahwa saham ANTM diparkir di level Rp1.520 per saham atau menguat 4,11% dari harga pembukaannya Rp1.465 per saham.
Apabila mengacu data perdagangan dalam 7 hari terakhir, saham ANTM mengalami kenaikan sebesar 1,67%, sementara dalam satu bulan terakhir saham ini berhasil melaju dengan pertumbuhan signifikan sebesar 6,67%.
Dapat disimpulkan penguatan saham ANTM belakangan ini terkait dengan kenaikan signifikan harga emas, yang mencapai lebih dari US$ 2.100 dan menembus level tertinggi dalam tiga bulan terakhir pada Senin, 4 Maret 2024, kemarin.
Sebelumya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, dalam risetnya menerangkan bahwa secara keseluruhan, pada segmen nikel, volume penjualan bijih nikel Antam pada 2023 berada di atas perkiraan pihaknya, sedangkan FeNi meleset.
Perusahaan efek yang identik warna oranye juga menyebut penjualan emas ANTM relatif sesuai dengan estimasi. Dengan hasil operasional tersebut, kami memperkirakan pendapatan ANTM akan turun 2%-3% dari estimasi awal kami sebesar Rp41,7 triliun, tetapi masih relatif sesuai dengan ekspektasi kami secara keseluruhan," terangnya dalam riset baru-baru ini.
Sementara itu, proyeksi EBITDA dan margin laba bersih ANTM diperkirakan mencapai 12% dan 9%. Secara keseluruhan, Mirae Asset Sekuritas Indonesia tetap mempertahankan perkiraan EBITDA sebesar Rp4,8 triliun dan laba bersih sebesar Rp3,7 triliun.
Mengacu berbagai data proyeksi perseroan dan sentimen harga emas yang melambung belakangan ini, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi Buy untuk ANTM dengan target saham Rp1.700 per saham.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 06 Mar 2024
Bagikan
Ekonomi dan Bisnis
sebulan yang lalu