Bandara Syamsuddin Noor
Banjar Update

Pergerakan Penumpang Bandara Syamsuddin Noor Melonjak Seiring Masa Adaptasi Kebiaasan Baru

  • Pemberlakuan kebijakan adaptasi kebiasaan baru memicu semua lini bisnis kembali berdetak. Tak terkecuali di bidang penerbangan. Otoritas Bandara Internasional Syamsuddin Noor, misalnya, mengakui ada peningkatan trafik penumpang udara sejak regulasi ini diberlakukan.

Banjar Update
Ari Arung Purnama

Ari Arung Purnama

Author

STARBANJAR- Pemberlakuan kebijakan adaptasi kebiasaan baru memicu semua lini bisnis kembali berdetak. Tak terkecuali di bidang penerbangan. Otoritas Bandara Internasional Syamsuddin Noor, misalnya, mengakui ada peningkatan trafik penumpang udara sejak regulasi ini diberlakukan.

Communication & Legal Section Head Bandara Internasional Syamsuddin Noor, Aditya Putra Patria, merinci lonjakan penumpang ini berkisar antara 2.000-3.000 per hari. Meski masih terbilang kecil ketimbang hari biasa yang mencapai 10 ribu penumpang, ia mengakui secara garis besar ada peningkatan yang signifikan ketimbang saat masa PSBB yang cenderung terbatas.

"Jumlah penumpang berangkat dan tiba di Bandara Internasional Syamsudin Noor periode 15 – 23 Agustus 2020 sejumlah 30.115 penumpang," ungkap Aditya.

Meski terjadi lonjakan penumpang dalam 2 minggu terakhir, Aditya mengatakan bahwa rute penerbangan tetap sama seperti kondisi sebelum pandemi. Per harinya, ada 40 pergerakan baik keberangkatan maupun kedatangan.

"Jadwal dan frekuensi penerbangan disesuaikan oleh maskapai dengan demand calon penumpang. Namun, ada maksimal okupansi yang dibatasi yakni 70% dari seluruh kuota dalam pesawat," ujarnya.

Adapun Aditya mengingatkan kepada masyarakat bagi yang hendak bepergian untuk melengkapi persyaratannya agar tidak terhambat di hari keberangkatan. Salah satunya adalah hasil rapid test. Aditya mengatakan bahwa layanan rapid test kini tersedia di bandara Syamsudin Noor dengan harga Rp150.000. Hasilnya akan keluar dalam waktu 30-45 menit.

Terlepas dari tes rapid dan surat keterangan bebas dari influenza, ada aplikasi yang harus diunduh oleh orang yang hendak bepergian. Aplikasi tersebut bernama electronic Health Alert Card (e-HAC).

Aplikasi yang dirilis oleh kementrian kesehatan Indonesia ini berfungsi sebagai kewaspadaan bagi calon penumpang yang akan ke wilayah tertentu. HAC akan berisi tentang riwayat tinggal penumpang, apakah penumpang tersebut tinggal di wilayah pandemi atau tidak.

Selain itu, e-HAC juga berfungsi kewaspadaan bagi tenaga kesehatan, apabila penumpang membawa HAC. Karena bisa saja penumpang
baru saja terbang dari wilayah yang berzona merah.

"e-HAC ini wajib dimiliki oleh seluruh orang yang hendak bepergian tanpa terkecuali," tutup Aditya.