Ilustrasi pendidikan anak. (Foto : Shuttersrock)
Banjar Today

Politik Edukasi Mengantisipasi Post Truth

  • STATBANJAR - Jumlah penduduk Indonesia per 31 Desember 2021 273,32 juta orang data Kementerian Dalam Negeri (Dan Indonesia.id. 2022)  dari jumlah penduduk tersebut tentuntunya terdiri dari berbagai suku, agama, budaya yang sangat majemuk, namun kehidupan masyarakat penuh kedamaian dan toleransi yang terbangun dengan kesepakatan dari berbagai suku, agama dan budaya tersebut.
Banjar Today
Ahmad Husaini

Ahmad Husaini

Author

Oleh : Dr Jarkawi, M.M.Pd*

STATBANJAR - Jumlah penduduk Indonesia per 31 Desember 2021 273,32 juta orang data Kementerian Dalam Negeri (Dan Indonesia.id. 2022)  dari jumlah penduduk tersebut tentuntunya terdiri dari berbagai suku, agama, budaya yang sangat majemuk, namun kehidupan masyarakat penuh kedamaian dan toleransi yang terbangun dengan kesepakatan dari berbagai suku, agama dan budaya tersebut. 

Tidak ada ruang untuk mengklaim bahwa selayaknya yang berkuasa dan mengendalikan negara Indonesia ini adalah yang mayoritas.

Pembangunan baik infrastruktur, maupun kesejahteraan dan kemakmuran tentunya terus diusahakan dan tidak menutup mata juga masih adanya sebagian belum maksimal baik infrastruktur dan kesejahteraan serta kemakmuran dan ini merupakan suatu dinamika kehidupan manusia dimuka bumi pertiwi yang kita cintai bersama.

Kekayaaan Sumber Daya Alam (SDA) merupakan  sumber penghasilan ekonomi bangsa  Indonesia miliki tentunya ini patut kita syukuri bersama dan terus diupayakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan bersama, sehingga dengan penuh rasa syukur niscaya akan ditambah oleh sang pencipta langit dan bumi dan diantara keduanya namun sebaliknya kalau mengingkari nikmat-NYA maka tunggulah azab-NYA. 

Kehidupan manusia sangatlah dinamis, organis bukan mekanis dan robotis begitu SDA melimpah  menjadikan semua jadi sejahtra, kemiskinan terhapus ini.

Namanya mengingkari sistem kehidupan manusia itu sendiri, namun manusia tetap diperintahkan untuk berusaha menuju kesejahtraan dan kemakmur kehidupannnya. 

Maka perlu kita sadari bersama bahwa  tidak ada keharmonisan kehidupan manusia saat mayoritas menuntut untuk prioritas utama dan pemikiran seperti ini merupakan ego sentris dalam berbangsa dan bernegara.

Emosional dalam berbangsa dan bernegara dengan menjustifikasi bahwa ormas yang besar dan berpengaruh yang secara umum dari mayoritas dengan ego sentris merasa punya pemikiran untuk prioritas utama dengan menapikan rasa persaudaraan dan persatuan umat, bahwa ada suku agama budaya lain yang juga merupakan rakyat Indonesia dan ini fakta sangat jelas Indonesia dalam kebhinnekaan namun tetap tunggal ika dalam arti kata dalam bingkai NKRI dan ini tidak aneh.

Sangat miris sekali kalau mindset dalam berpikir agar negara Indonesia ini  lebih mengutamakan kesejahteraan dan kemakmuran mayoritas dengan dalih mayoritas itu sendiri dan mengesampingkan minoritas, pemikiran seperti ini perlu diluruskan agar melihat realita kehidupan berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai  suku, agama, dan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan demi keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Indonesia akan terus berkembang dan bergerak ke arah kemajuan dan kemakmuran yang merata, maka dalam politik edukasi penting sekali diwarnai dengan sistem nilai yakni; Teologis, Estetis, Etis, Rasional -Logis, Fisiologi dan Teologis. 

Sistem nilai ini dari masing masing sub sistemnya saling berhubungan dan berkaitan erat. Sehingga masyarakat menjadi sejahtera bebas dari lemahnya berkeyakinan, kebodohan, kemiskinan kemelaratan dan keterbelakangan. 

Sebaliknya dalam politik edukasi lebih mengedepankan mayoritas dan lebih parah lagi kalau dalam politik edukasi praktis yang mengabaikan sistem nilai dengan ego senrisnya, maka tidak menutup kemungkinan akan adanya ketegangan dan kekacauan dalam berbangsa dan bernegara. 

Mari kita mengatur ulang imajinasi dan operasional praktis dalam berwacana politik edukasi dalam rangka mencerdaskan masyarakat bukan menciptakan post trust yang akan memasukkan kita kedalam comfort zone di esok hari 

Wallahualam bissawab

*Penulis adalah pemerhati pendidikan, dan Akademisi FISIP Universitas Islam Kalimantan (Uniska) MAAB.

 

Redaksi Star Banjar menerima tulisan dalam bentuk opini publik, dengan syarat minimal 300 kata.