Ilustrasi toko kelontong memanfaatkan ekosistem digital. (Foto : Trenasia)
Ekonomi dan Bisnis

Potensi Besar, Warung Kelontong Didorong Masuk Ekosistem Digital

  • STARBANJAR - Digitalisasi salah satu tema besar dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 yaitu transformasi digital yang inklusif, termasuk kepada pelaku UMKM, sehingga pertumbuhan pada sektor ini juga pasti akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional.
Ekonomi dan Bisnis
Ahmad Husaini

Ahmad Husaini

Author

STARBANJAR - Digitalisasi salah satu tema besar dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 yaitu transformasi digital yang inklusif, termasuk kepada pelaku UMKM, sehingga pertumbuhan pada sektor ini juga pasti akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional.

Meski demikian, transformasi digital para pelaku UMKM, terutama pada segmen ultra mikro misalnya warung-warung kelontong memang tak mudah.

Padahal menurut warung memiliki peran penting sebagai sarana perdagangan utama di Indonesia. Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, 76.085 desa/kelurahan atau lebih dari 80% desa/kelurahan di Indonesia mengandalkan warung sebagai sarana perdagangan utama masyarakat. 

Jumlah warung sebanyak lebih dari 3,6 juta saat ini juga berkontribusi lebih dari 80% terhadap nilai perdagangan ritel di Indonesia. 

CEO dan Presiden Direktur GOTOKO Gurnoor Singh Dhillon menambahkan nyatanya dari total lebih 3 juta warung, 80% atau lebih dari dua juta warung bahkan masih dikategorikan sebagai warung yang kurang terlayani (underserved retailers). 

"Warung-warung ini umumnya tidak memiliki akses langsung kepada brand principal, sehingga pasokan barang mereka utamanya berasal dari agen sekunder, oleh karenanya para pemilik warung kerap menghadapi masalah dalam memenuhi pasokannya," kata Gurnoor dalam Webinar Digitizing Indonesia’s Informal Economy di Jakarta, Selasa (6/9/2022) kemarin.

Kondisi ini, kata dia membuat operasional bisnis warung menjadi tidak efisien dan mengurangi kemampuan mereka untuk melayani pelanggan dengan baik. 

Pemilik warung misalnya harus perlu menutup warungnya saat belanja kebutuhan pasokan warung sehingga mengurangi pendapatan hariannya. 

Minimnya akses terhadap brand principal secara langsung juga membuat pemilik warung tidak dapat mendapatkan program-program loyalitas, yang turut mengurangi marjin mereka dalam menjalankan bisnis.

“GOTOKO hadir sebagai teman terbaik warung dengan visi dan misi untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut melalui digitalisasi guna membantu pemilik warung mengembangkan bisnisnya dengan efisien, membantu meningkatkan pendapatan sekaligus taraf hidup pemilik warung beserta keluarganya,” ungkap Gurnoor.

Gurnoor menambahkan GOTOKO hadir dengan fokus strategi memenangkan berbagai wilayah di Indonesia, baik yang besar maupun kecil untuk mengembangkan bisnis warung, sekaligus mendorong digitalisasi warung untuk memperkokoh ekosistem bisnis warung. 

Termasuk untuk membantu brand principal meningkatkan jangkauan langsungnya kepada warung untuk mendorong pertumbuhan mereka seiring dengan pertumbuhan warung. 

Digitalisasi juga akan mendorong integrasi ekosistem seperti sektor keuangan, hingga mendorong sektor penyimpanan data yang lebih baik yang akan membantu Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mendorong transformasi digital pelaku UMKM.

Head of Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Eisha Maghfiruha Rachbini menyimpulkan bahwa potensi ekonomi digital di Indonesia sangat besar, termasuk potensinya bagi UMKM.

"UMKM yang memanfaatkan teknologi digital selama masa pandemi, misalnya masuk ke digital platform untuk menjual produk dan mampu mengakses fintech untuk pembiayaan produktif, mengalami perkembangan pesat dan menolong UMKM bertahan di kondisi sulit”, ucap Eisha. 

Dengan demikian, UMKM yg masuk ke ekonomi digital memiliki potensi yg lebih besar untuk akses pasar, keuangan, dan sumber daya. Namun, UMKM juga memiliki sejumlah keterbatasan. 

“Kemampuan dalam adopsi digital, keterbatasan skill dan pengetahuan (digital literasi), dan keterbatasan finansial menjadi sejumlah hambatan bagi UMKM untuk masuk ke ekosistem ekonomi digital," tutur Eisha.

Menurutnya, berbagai tantangan UMKM itu harus diatasi agar UMKM mampu naik kelas. Dengan adanya potensi dan tantangan tersebut, Eisha memaparkan bahwa digitalisasi memang tidak hanya akan bermanfaat bagi para warung, melainkan seluruh pemangku kebijakan dalam ekosistem bisnis warung ini.

Eisha memberi beberapa contoh seperti brand-brand principals, perusahaan-perusahaan logistik, distributor, dan lainnya. 

“Oleh karenanya, Indonesia perlu mendorong kolaborasi dari seluruh pemangku kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan literasi digital bagi pelaku UMKM sehingga mengakselerasi pemulihan ekonomi,” pungkasnya.