
Program CSR Untuk Masyarakat Sungai Barito
- STARBANJAR - Tiga terakhir saya lebih banyak pulang kampung di Ibukota Barito Kuala, selain ziarah ke makam orang tua, juga mengikuti perkembangan peralihan kekuasaan Bupati Kepala Daerah dan juga tentu saja terkait dengan problematik lingkungan hidup yang tidak semakin membaik.
Banjar Today
Oleh Setia Budhi, M.Si, Ph.D*
STARBANJAR - Tiga terakhir saya lebih banyak pulang kampung di Ibukota Barito Kuala, selain ziarah ke makam orang tua, juga mengikuti perkembangan peralihan kekuasaan Bupati Kepala Daerah dan juga tentu saja terkait dengan problematik lingkungan hidup yang tidak semakin membaik.
Entah berapa juta metric ton batu bara diangkut dengan tongkang dari hulu sungai Barito melalui sungai, tetapi keadaan penduduk yang dilalui tongkang itu dan yang tinggal di tepi tidak banyak berubah.
Entah kemana dana CSR untuk masyarakat yang terdampak dari debu batu bara atau mungkin batu bara yang berjatuhan di sungai itu diarahkan, bagaimana bentuk program serta apa kelanjutannya, tidak ada informasi yang akurat.
Dana CSR perusahaan tambang batu bara konon di kelola Pemda, tapi dimana dan bagaimana pengelolaanya, pun publik tidak dapat mengetahuinya, zaman transparan dan keterbukaan seperti sekarang ini masih susah sungguh. Semua gelap gulita.
Informasi tersembunyi mengatakan bahwa Pemerintah Daerah yang terdampak perusahaan tambang batu bara mendapatkan bagian masing-masing 12 sampai 22 Milyar dari dana CSR untuk pemberdayaan masyarakat.
Tetapi lagi-lagi sumber informasi ini belum tentu dapat dipercaya. Jikapun misalnya dana besar itu diproyeksikan untuk memberdayakan masyarakat desa ada kemungkinan desa-desa yang dilibatkan atau yang menjadi tujuan adalah desa yang tidak berada pada area terdampak angkutan batu bara.
Misal dana CSR untuk menunjang program ketahanan pangan di desa Mandastana untuk program penggemukan Sapi. Informasi seperti ini pun tidak masuk sebagai kategori akurat sebab pengelolaan dana CSR yang tidak terbuka pertanggungjawabannya.
Ada yang menarik bahwa hampir seluruh pimpinan manajemen atau petinggi perusahaan tambang batu bara terbesar di Kalimantan Selatan mengunjungi proyek Klinik Bekantan di Pulau Bakut salah satu pulau kecil di Sungai Barito, tetapi uniknya para petinggi perusahaan itu tidak pernah terdengar mengunjungi desa terkecil dan terpencil di sungai barito.
Kunjungan pada proyek dengan dana milyaran rupiah itu untuk menegaskan kepedulian terhadap satwa yang ditampilkan secara terbuka kepada dunia internasional.
Tetapi ujung cerita dari Simulacra itu adalah pertanyaan apa dampak positif perusahaan tambang fosil itu terhadap situasi kemanusiaan pada ribuan manusia, bayi, anak-anak, perempuan dan generasi muda yang tinggal di sepanjang sungai Barito.

*Praktisi Pemberdayaan Masyarakat dan Akademisi ULM
Redaksi Star Banjar menerima tulisan dalam bentuk opini publik, dengan syarat minimal 300 kata.
Dikirimkan ke e-mail : redaksi.starbanjar@gmail.com disertai indentitas penulis disertai CV singkat.