RI Catat Surplus Neraca Perdagangan Januari-September Tembus US$ 25 Miliar

15 Oktober, 2021 22:35 WIB

Penulis:Redaksi Starbanjar

ekspor.jpeg
Ilustrasi Pelabuhan Peti Kemas Kariangau di KKT

STARBANJAR - Badan Pusat Statistik merilis data neraca perdagangan pada Bulan Januari hingga September surplus US$ 25 miliar. 

Secara kumulatif sepanjang Januari-September, impor mencapai US$ 139,21 miliar, naik 34,27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor secara kumulatif mencapai US$ 164,29 miliar sehingga terjadi surplus neraca perdagangan US$ 25 miliar. 

BPS mencatat neraca perdagangan pada September surplus sebesar US$ 4,37 miliar meski kinerja ekspor impor menurun dibandingkan bulan sebelumnya. 

Ekspor turun 3,84% menjadi US$ 20,6 miliar, sedangkan impor turun 2,67% menjadi US$ 16,23 miliar.   

"Secara kumulatif sepanjang Januari-September, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 25,07 miliar, lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam keterangan resmi, Jumat (15/10/2021).  

Margo mengutarakan kinerja ekspor tanah air pada bulan lalu melesat 47,64% dibandingkan periode yang sama tahun lalu meski turun dibandingkan Agustus. 

Ekspor nonmigas bulan lalu turun 12,56% dibandingkan Agustus, tetapi naik 48,03% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Sementara itu, ekspor migas turun 3,83% dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi naik 39,79% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.  

"Secara keseluruhan sepanjang 2021,  kinerja ekspor migas maupun nonmigas lebih baik dibandingkan 2019 maupun 2020," lanjur Margo. 

Penurunan ekspor nonmigas pada September dibandingkan Agustus terutama terjadi pada sektor industri pengolahan yang tercatat turun 5,29% dibandingkan bulan sebelumnya.

Penurunan ekspor pada sektor ini terjadi karena ekspor minyak sawit mentah atau CPO yang turun 33,24%, timah 27,45%, dan pupuk 32,49%.  

Di sisi lain, ekspor sektor pertanian berhasil naik 15,04% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ekspor tanaman obat, aromatik dan rempah-rempah tumbuh 18,58% secara tahunan.

Namun ekspor sarang burung turun 42,88%, udang hasil tangkap anjlok 90,53%, dan sayur-sayuran turun 45,66%,  

Berdasarkan negara tujuannya, penurunan terutama terjadi pada ekspor India dan Cina, masing-masing turun US$ 482,5 juta dan US$ 236,5 juta. 

Sementara kenaikan ekspor justru terjadi ke Taiwan sebesar US$ 205,6 juta dan Filipina US$ 104,4 juta.