Manusia Gerobak
Banjar Update

Sepenggal Cerita dari Mereka yang Dicap Sebagai Manusia Gerobak

  • Keberadaan manusia gerobak di Kota Banjarmasin kian marak saat bulan Ramadan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Banjar Update
Putri Nadya Oktariana

Putri Nadya Oktariana

Author

Duduk di emperan kawasan Brigjend Hasan Basry Kota Banjarmasin, sosok Bainah (35 tahun) tampak termangu di samping gerobak butut miliknya saat dikunjungi starbanjar, pada Rabu (29/4/2020) sore.

Sudah berjam-jam ia duduk di pinggiran jalan protokol tersebut. Pagi harinya, ia menjalani rutinitasnya sebagai pemulung di sekitar kawasan Banjarmasin Utara.

Bainah merupakan satu dari sekian banyak pemulung yang nyambi menjadi 'manusia gerobak' saat bulan Ramadan ini. Ia mengaku harus menjalani profesi tersebut lantaran demi menghidupi keluarganya yang serba pas-pasan.

“Keluar rumah saat seperti ini memang rentan Mbak, tapi kalau saya tidak kerja anak–anak saya mau makan apa?” tutur wanita asal Alalak Selatan ini.

Menurut Bainah, berharap untung dari hasil memulung saja jelas tak cukup. Apalagi, ia mengaku sang suami cuma bekerja sebagai buruh pabrik mingguan.

“Penghasilan saya sekarang juga tidak tentu, tergantung berapa banyak sampah yang bisa saya kumpulkan, biasanya dapat Rp 30.000 per/hari sekarang cari segitu aja susah mba," tambahnya.

Kondisi ini, menurut Bainah, diperparah dengan Pandemi Covid-19 yang membuat perekonomian keluarganya kian terpukul. Yang ia sayangkan lagi, di tengah masa-masa pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan di Kota Banjarmasin, keluarganya pun tak menerima bantuan sembako dan uang tunai seperti warga lain di sekitar rumahnya.

“Tadi pagi ditempat saya memang  ada ýang bagi – bagi sembako sama uang tunai, tapi pas saya cari nama Suami saya tidak ada," tandasnya.

Di sekitar kawasan Brigjend Hasan Basry, Bainah jelas tak sendiri. Menjelang petang, biasanya kondisi jalan protokol ini tambah ramai dengan keberadaan manusia gerobok. Mereka sering kucing-kucingan dengan aparat seperti Satpol PP Banjarmasin.

Contoh lain, misalnya Darman (54 tahun). Ia datang dari tempat yang sama dengan Bainah. Pria renta ini mengaku memang menjalani profesi ini karena penghasilan keluarganya yang serba pas-pasan.

"Mumpung bulan puasa, jadi kita turun cari penghasilan tambahan. Sekali setahun, kukira kada papa (tidak apa-apa)," ujarnya.

Ia sebenarnya tahu bahwa aktivitas mereka jelas-jelas dilarang aparat setempat. Namun, sekali lagi, ia menegaskan bahwa ini cuma sekali dalam setahun.

"Kami jua kada memaksa orang buat menyumbang. Jadi tolonglah jangan semena-mena," pungkas Darman.