
Stok Mulai Langka, Harga Bawang Merah Dan Daging Ayam Merangkak Naik
STARBANJAR - Dinas Perdagangan (Disdag) Kalimantan Selatan mencatat ada kenaikan harga komoditas pangan berupa bawang merah dan daging ayam melonjak pesat, selama periode Maret hingga Juni 2020. Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani mengatakan, kenaikan bawang merah dan ayam itu disebabkan, minimnya ketersedian bahan pangan tersebut.
Ekonomi dan Bisnis
STARBANJAR - Dinas Perdagangan (Disdag) Kalimantan Selatan mencatat ada kenaikan harga komoditas pangan berupa bawang merah dan daging ayam melonjak pesat, selama periode Maret hingga Juni 2020. Kepala Dinas Perdagangan Kalsel Birhasani mengatakan, kenaikan bawang merah dan ayam itu disebabkan, minimnya ketersedian bahan pangan tersebut.
"Kalau kita bicara bahan pokok diluar dari daerah Kalsel, sangat terasa kenaikan pada bawang merah, memang sekarang setelah beberapa bulan sebelum bawang merah mengalami harga yang rendah, sekarang tinggi sudah sekitar 3 mingguan terasa mahal," ucapnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (10/6/2020).
Berdasarkan pantauan Birhasani, ke pasar terutama Kayumanis merupakan, tempat distributor bawang merah. Memang saat ini kenaikannya cukup signifikan. Sehingga, harga bawang merah per kilogram masih kotor mencapai Rp 52 ribu. Hal ini, kata dia tentu berpengaruh pada harga eceran di pasar lain, baik Kalindo Antasari, pasar lama dan lainnya.
"Bahkan Kabupaten/kota harga bawang mencapai kisaran Rp 60-70 ribu, dan memang harga modalnya sudah tinggi 50 sampai 60 ribu," ungkapnya.
Belum lagi, apabila bawang itu telah dibersihkan maka timbangannya dapat menurun, oleh karena itu harga jual tembus Rp 70 ribu per kilogram.
“Saat sudah bersih jadi harga pantas sesuai saja, bukan pedagang menaikan tapi memang stoknya ketersediaan terbatas," terangnya.
Selain itu, kekurangan ketersedian bawang merah disebabkan, karena saat ini berbagai daerah sentra produksi belum memasuki musim panen. Diprediksi Pekan depan beberapa daerah penghasil bawang merah sudah mulai panen.
Pemerintah pusat memutuskan tidak akan melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, karena musim panen sudah tiba di bulan ini.
“Jadi, Juni sudah terjadi panen, tapi sampai ke pasar daerah kita diperhitungkan di akhir juni sampai ke pasar Banjarmasin dari NTB Jatim maupun sulawesi," ungkapnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengkonfirmasi ke Kementerian Perdagangan, agar dijadikan perhatian pemerintah pusat karena hal itu, merata secara nasional.
"Informasinya dari Kementerian merata secara nasional, belinya saja sudah mahal, harga beli produksi sekitar Rp 45 ribu, belum lagi biaya membawa ke Kalsel, jadi pantas saja kalau sampai ke tempat kita harga grosirannya mencapai Rp 50 ribuan," ungkapnya.
"Sebagian daerah sudah mulai panen, tapi tentunya stok masih terbatas, Insya Allah di akhir juni panennya sudah lebih besar lagi, sehingga bawang merah akan lebih turun," ungkapnya.
Sementara itu, saat ini produk dalam Kalsel yang meningkat pesat yakni harga daging ayam, harga di pasaran sudah tembus Rp 40.000 per Kg, jauh ditas HET sebesar Rp 35.000.
Birhasani telah menganalisa, terutama dari segi harga, mestinya jika pemerintah telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk konsumen Rp 35 ribu, maka harga eceran tertinggi harga ayam hidup yang masih kotor harusnya Rp 19 ribu, hingga Rp 20 ribu.
"Tapi nyatanya harga para peternak kita beli di kandang ayam hidup itu sekarang Rp 28 ribu sampai Rp 29 ribu, atau Rp 28,5 ribu, itu ada kenaikan Rp 8,5 bahkan 9 ribu," tuturnya.
Dia menilai, kenaikan itu sangat tinggi. Oleh sebab itu, dia telah mengkonfirmasi dengan dinas peternakan, dan mengingatkan, apabila ingin menekan harga ayam dipasaran, maka turunkan terlebih dahulu harga belinya di petani.
"Kita konfirmasi dengan para peternak kemaren terutama harga anak ayam, harga bibitnya ternyata sudah ada kenaikan juga menurut perhimpunan perunggasan. Jadi, kemungkinan juga ini para peternak kota mau mengembalikan modal karena ayam sebelum bulan puasa sampai menjelang idul fitri sangat murah waktu itu Rp 20-23 ribu jauh dibawah," bebernya.
Dia mengungkapkan, waktu itu memang pihak peternak kelebihan produksi. Sehingga, sangat murah.
"Sampai 3 bulan mereka mengalami kerugian karena perhitungan mereka lepas, mereka mengira menjelang bulan puasa sampai idul fitri harga ayam mahal biasanya keperluan masyarakat tinggi. Tapi malah sebaliknya, karena musibah covid-19, maka tidak ada bukber, acara besar, tidak ada pengantinan, rapat sehingga yang memerlukan ayam hanya untuk makan sehari-hari," ujarnya.
Penyebab inilah sehingga harga daging ayam anjlok. Bahkan, terkesan banyak peternak kolaps (bangkrut), lalu setelah produksi mereka menjual normal kembali.
"Akhirnya hukum dagang lagi yang berlaku, kurang barang berarti harganya akan naik, ini yang terjadi begitu penyebabnya masalah ayam," bebernya.
Dia mengharapkan, agar masalah tersebut segera pulih, terutama bagi peternak di Kalsel agar jangan menyakiti konsumen semacam balas dendam.
"Tadi rugi, hari ini harus mencari untung yang sebenarnya, kalau konsumen mengurangi pembelian ayam dan pindah ke ikan, segala macam kan nanti peternak juga yang kasian," pungkasnya.