Studi: 10% Orang Dewasa AS Merasakan Kesepian Setiap Hari

02 Februari, 2024 22:00 WIB

Penulis:Redaksi Daerah

Editor:Redaksi Daerah

Satu dari Empat Orang Dewasa Amerika Merasa Lebih Kesepian Dibandingkan Sebelum Pandemi
Satu dari Empat Orang Dewasa Amerika Merasa Lebih Kesepian Dibandingkan Sebelum Pandemi (Pexels / Alex Green)

JAKARTA - Satu dari empat orang dewasa Amerika merasa lebih kesepian dibandingkan saat sebelum pandemi. Hal ini sebagaimana disebutkan temuan terbaru dari Healthy Minds Monthly Poll atau Jajak Pendapat Bulanan Kesehatan Pikiran American Psychological Association (APA). 

Perasaan kesepian yang terus menerus ada ini diartikan sebagai kurangnya hubungan atau rasa memiliki yang bermakna. Hal yang umum terjadi pada orang-orang dewasa Amerika. 

Pada awal Januari, 30% orang dewasa Amerika melaporkan bahwa mereka telah merasakan perasaan kesepian setidaknya sekali seminggu selama setahun terakhir, sementara 10% mengatakan mereka merasa kesepian setiap hari.

Survei ini juga menemukan bahwa orang yang lebih muda lebih mungkin mengalami perasaan kesepian. Sebanyak 30% dari responden berusia 18 hingga 34 tahun melaporkan bahwa mereka merasa kesepian setiap hari atau beberapa kali seminggu. 

Selain itu, saat ditanya bagaimana perasaan kesepian mereka berubah sejak sebelum pandemi COVID-19, 25% responden mengatakan mereka merasa lebih kesepian, sementara 23% mengatakan mereka merasa kurang kesepian, dan 43% mengatakan tingkat kesepian mereka tidak berubah.

"Jajak Pendapat Bulanan Kesehatan memastikan kesepian merata, terutama di kalangan orang muda," kata Presiden APA, Petros Levounis, M.D., M.A., dalam siaran pers. 

"Dokter dan klinisi lain dapat membuat perbedaan besar dalam kesejahteraan dan kesehatan fisik pasien mereka saat mereka bertanya tentang kesepian dan bagaimana mengurangi dampaknya. Membantu orang merasa lebih sedikit kesepian mudah dilakukan dan sangat memuaskan." lanjutnya.

Survei ini dilakukan secara online pada 10 hingga 12 Januari di antara 2.200 orang dewasa oleh Morning Consult.

Temuan lain yang bermanfaat dalam survei ini diantaranya: 

- Orang dewasa yang lajang hampir dua kali lebih mungkin melaporkan perasaan kesepian secara mingguan selama setahun terakhir daripada orang dewasa yang telah menikah (39% vs. 22%)

- 50% responden mengatakan mereka meredakan perasaan kesepian dengan distraksi, seperti TV, podcast, atau media sosial, sementara 41% mengatakan mereka pergi berjalan kaki, dan 38% mengatakan mereka menghubungi keluarga atau teman.

- 13% mengatakan mereka menggunakan obat-obatan atau alkohol untuk meredakan perasaan kesepian. Orang dewasa berusia 18 hingga 34 tahun lebih mungkin (21%) menggunakan obat-obatan atau alkohol saat merasa kesepian dibandingkan dengan orang dewasa berusia 45 hingga 64 tahun (8%).

- Dalam memilih beberapa opsi, responden menempatkan diri mereka di antara keluarga (65%), teman mereka (53%), atau di lingkungan mereka (20%) sebagai tempat mereka merasa memiliki komunitas dan rasa memiliki yang paling tinggi. Komunitas online dan forum diskusi (3%), tim olahraga dan rekreasi (4%), dan kelas olahraga atau kebugaran (5%) adalah yang paling tidak mungkin dipilih dalam kategori ini.

- Sebagian besar responden mengatakan bahwa teknologi membantu mereka membentuk hubungan baru (66%), membantu mereka terhubung dengan orang lain lebih sering (75%), dan bermanfaat untuk membentuk dan mempertahankan hubungan (69%).

- 54% mengatakan mereka percaya teknologi mengembangkan hubungan yang bermakna, sementara 46% mengatakan mereka percaya itu mengembangkan hubungan yang bersifat dangkal.

"Jelas kita percaya teknologi dapat digunakan untuk terhubung dengan orang lain," kata CEO dan Direktur Medis APA Saul Levin, M.D., M.P.A., dalam siaran pers.

"Dalam beberapa kasus, sepertinya itu membantu kita menjangkau orang-orang yang menjadi bagian dari lingkaran dalam kita atau berkomunikasi dengan mereka yang sudah ada. Namun, mengalihkan perhatian saat merasa kesepian dengan media sosial mungkin adalah pedang bermata dua: Meskipun dapat terhubung, itu juga dapat menyebabkan perasaan ketinggalan, dan kita perlu memastikan kita tetap sadar akan efeknya terhadap suasana hati kita. Di dunia yang penuh dengan teknologi ini, kita tidak boleh melupakan nilai interaksi tatap muka." pungkasnya.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 31 Jan 2024 

Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 02 Feb 2024