Banjar Update
30 Oktober, 2024 17:03 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diketahui telah mengeluarkan peringatan untuk generasi Z tentang perencanaan keuangan di tengah semakin meningkatnya penggunaan teknologi dan layanan keuangan digital. Gen Z diminta untuk meningkatkan literasi keuangan sekaligus melindungi generasi muda dari berbagai ancaman, mulai dari investasi bodong hingga gaya hidup yang dapat merugikan kondisi finansial.
Generasi Z yang tumbuh di era teknologi dan informasi, dinilai memiliki kemudahan akses terhadap berbagai produk dan layanan keuangan. Namun, OJK mengingatkan bahwa kemudahan ini harus diimbangi dengan pemahaman yang baik tentang literasi keuangan.
Pemahaman yang matang mengenai berbagai produk, seperti tabungan, asuransi, dan investasi, sangat krusial dalam membantu generasi muda mengelola keuangan pribadi dengan tepat.
OJK menekankan bahwa edukasi keuangan merupakan kunci untuk menghindari kesalahan pengelolaan uang yang dapat berdampak buruk pada masa depan. Generasi Z perlu memahami risiko dan manfaat dari produk keuangan yang mereka pilih. Dengan literasi yang memadai, mereka bisa membuat keputusan yang lebih bijaksana.
Selain mengedukasi, OJK juga memperingatkan generasi Z untuk lebih berhati-hati terhadap penipuan berkedok investasi. Di era digital ini, semakin banyak modus operandi yang menggunakan platform online untuk menjebak korban dengan janji keuntungan tinggi yang tidak realistis.
Oleh karena itu, OJK mengimbau agar masyarakat, khususnya generasi Z, selalu memeriksa legalitas layanan keuangan yang ditawarkan dan hanya bertransaksi melalui lembaga yang terdaftar resmi di bawah pengawasan OJK.
"Selain itu dapat membentengi diri dari maraknya berbagai penipuan berkedok investasi dan aktivitas keuangan ilegal di era digital," terang Financial Advisor Community OJK, Viko Hadian, di Jakarta, dilansir Rabu, 23 Oktober 2024.
Menurut OJK, perencanaan keuangan adalah fondasi yang harus dibangun sejak dini untuk menjaga stabilitas finansial di masa depan. Beberapa langkah penting yang disarankan termasuk menurunkan utang, menabung secara teratur, dan memanfaatkan investasi yang aman dan menguntungkan untuk melestarikan serta mengembangkan kekayaan.
OJK juga menekankan pentingnya menjaga keamanan keuangan pribadi di tengah gempuran berbagai produk dan layanan baru yang terus bermunculan. Viko meminta Gen Z Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan finansial, perencanaan yang baik diperlukan, selain itu memilib instrumen yang sesuai dengan tujuan jangka panjang penting untk menjaga stabilitas finansial.
"Untuk menjaga hal tersebut maka generasi Z ini perlu mengetahui terkait literasi keuangan, agar mampu untuk memahami dan mengelola keuangan pribadi secara efektif. Seperti kebiasaan menabung, investasi, mengelola keuangan dan utang, serta merencanakan keuangan untuk masa mendatang," tambah Viko.
Salah satu tantangan yang dihadapi generasi Z dalam mengelola keuangan adalah gaya hidup yang cenderung impulsif dan kurang terencana. Fenomena seperti YOLO (You Only Live Once) dan FOMO (Fear of Missing Out) sering kali membuat anak muda terjebak dalam keputusan finansial yang tidak bijak.
YOLO mendorong Gen Z menghabiskan uang secara berlebihan tanpa memikirkan dampak jangka panjang, sementara FOMO memicu ketakutan akan ketinggalan tren tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial.
Tidak hanya itu, FOPO (Fear of Other People’s Opinion) juga menjadi salah satu masalah yang dihadapi generasi Z. Demi mengikuti arus atau menghindari kritik, mereka sering kali mengambil keputusan keuangan berdasarkan opini orang lain, tanpa melakukan verifikasi atau memastikan keamanan layanan yang digunakan.
"Selain pemahaman terkait risiko, teman-teman juga harus memahami kebutuhan keuangannya sendiri. Jangan ikut gaya dan tren yang dapat uang sedikit langsung digunakan untuk belanja agar mengikuti tren," ungkap Viko.
OJK menyoroti semakin banyaknya layanan keuangan digital yang tidak berizin, yang dapat membahayakan keamanan data dan keuangan penggunanya. Generasi Z diminta untuk lebih cermat dalam memilih aplikasi atau platform keuangan digital. Salah satu langkah penting adalah selalu memastikan bahwa layanan tersebut terdaftar dan diawasi oleh otoritas resmi seperti OJK.
OJK meminta Gen Z jangan mudah tergiur dengan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Selalu lakukan pengecekan izin dan rekam jejak perusahaan sebelum memutuskan untuk berinvestasi atau menggunakan layanan keuangan digital," ujar perwakilan OJK.
Utang fintech lending perseorangan terus meningkat, terutama akibat melonjaknya penggunaan paylater. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga akhir Juni 2024, total outstanding pinjaman fintech lending perseorangan naik 14%.
Dalam periode Mei hingga Juni 2024, utang tersebut tumbuh 3,7%, mencapai Rp61,52 triliun. Generasi Z dan milenial mendominasi penundaan pembayaran utang, dengan total mencapai Rp30,59 triliun per Juni 2024.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 27 Oct 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 30 Okt 2024
Bagikan