
UMKM Menjadi Salah Satu Pendorong Utama, Ekonomi Digital Sumbang 3,7 Persen PDB Indonesia
- STARBANJAR – Indonesia menjadi negara yang mencatat pertumbuhan ekonomi digital paling pesat di kawasan Asia Tenggara.
Ekonomi dan Bisnis
STARBANJAR – Indonesia menjadi negara yang mencatat pertumbuhan ekonomi digital paling pesat di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan data riset Google, Temasek, dan Bain (2021), ekonomi digital telah berkontribusi hingga 3,7% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada 2021, dan diproyeksikan akan meningkat kontribusinya hingga 9,3% pada 2025 mendatang.
Segmen Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) menjadi salah satu pendorong utama.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan saat ini pemerintah tengah mendorong para pelaku UMKM untuk melakukan digitalisasi guna mengembangkan usaha hingga meningkatkan taraf hidup.
Situasi pandemi yang membatasi mobilitas masyarakat, diterangkan Menteri Teten telah menjadi momentum bagi para pelaku UMKM dalam mendigitalisasi ekosistem bisnisnya.
“Selama pandemi, pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan digitalisasi telah terbantu, bahkan turut bertumbuh, karena ada kaitannya karena pembatasan secara fisik," ungkap Teten saat membuka Webinar Digitizing Indonesia’s Informal Economy di Jakarta, Selasa (6/9/2022) kemarin.
"Di sisi lain, Kementerian Koperasi dan UMKM juga kini terus mendorong bagaimana pelaku usaha informal dapat bertransformasi menjadi formal yang salah satunya melalui digitalisasi untuk mendorong pemulihan ekonomi secara transformatif,” tambahnya.
Menteri Teten menambahkan, Kementerian Koperasi dan UMKM juga tengah mendorong pertumbuhan dari hulu sampai hilir guna mendorong percepatan transformasi digital.
Ia menjelaskan ada tujuh aspek yang sedang didorong: akses pasar, pemantauan kualitas produksi, keuangan dan pembiayaan, organisasi, kapasitas produksi, pasokan, dan distribusi logistik. Aspek-aspek ini merupakan kunci untuk menciptakan ekosistem yang tanggap digital.
Senada, Deputi Bidang Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya menambahkan implementasi digital masih menjadi tantangan bagi pelaku UMKM kini. Pada 2021, dari total sekitar 4 juta pelaku UMKM, baru ada itar 26% atau 17,59 juta pelaku UMKM memanfaatkan ekosistem digital.
Apalagi bagi para pelaku usaha yang justru sangat mendominasi ekosistem UMKM.
“Segmen mikro ini hampir mencapai 64 juta pelaku usaha, atau 99% lebih dari total pelaku UMKM yang ada. Kami terus mendorong digitalisasi kepada para pelaku UMKM, kami menargetkan pada 2024 setidaknya ada 30 juta pelaku UMKM yang sudah memanfaatkan digitalisasi,” ungkap Eddy.
Direktur Digital Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika I Nyoman Adhiarna menjelaskan sejatinya 74% pelaku UMKM telah menyadari manfaat digitalisasi bagi bisnisnya, namun baru ada 20% yang memiliki literasi digital dan memanfaatkan platform-platform belanja daring.
“Para pelaku UMKM masih memiliki keraguan dan ketidakpercayaan diri dalam mengadopsi sekaligus memanfaatkan berbagai platform digital. Keterbatasan modal bisnis, kurangnya literasi digital, serta tidak memiliki alat maupun gawai digital menjadi tiga alasan utama pelaku UMKM,” kata I Nyoman.
Ia menyebut apabila disandingkan dengan UMKM yang belum digitally onboarded, UMKM yang sudah terintegrasi digital dapat menerima pendapatan 1,1 kali lebih banyak, mampu memperoleh cakupan pasar 2,1 kali lebih luas di level nasional, dan 4,6 kali lebih luas di level internasional, serta 1,3 kali lebih mungkin membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Upaya digitalisasi ini juga sejalan dengan tema besar dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 yaitu transformasi digital yang inklusif, termasuk kepada pelaku UMKM, sehingga pertumbuhan pada sektor ini juga pasti akan berdampak positif terhadap ekonomi nasional.