Banjar Update
28 Februari, 2024 16:02 WIB
Penulis:Redaksi Daerah
Editor:Redaksi Daerah
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberi peringatan kepada masyarakat bahwa akan ada kemungkinan cuaca ekstrem selama periode pancaroba yang diperkirakan akan berlangsung dari bulan Maret hingga April 2024.
“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu 25 Februari 2024.
Dwikorita menjelaskan, menurut analisis atmosfer yang dilakukan oleh BMKG, puncak musim hujan telah berlalu di berbagai wilayah Indonesia, terutama bagian Selatan. Ini menandakan wilayah-wilayah tersebut akan memasuki periode peralihan musim pada bulan Maret dan April.
Dilansir dari situs resmi BMKG, Dwikorita mengatakan salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang umumnya terjadi pada sore hingga malam hari, setelah terjadinya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.
Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup tinggi, yang memicu proses konveksi dari permukaan bumi ke atmosfer, sehingga membentuk awan.
Menurut Dwikorita, hujan pada periode ini cenderung tidak merata, dengan intensitas sedang hingga lebat, tapi berlangsung dalam waktu singkat. Apabila kondisi atmosfer tidak stabil, potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
“Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas,” paparnya.
“Curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor, kami juga mengimbau untuk waspada dan berhati-hati,” tambah dia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa berdasarkan pemantauan yang dilakukan BMKG, beberapa fenomena atmosfer masih memiliki signifikansi yang cukup dan berpotensi meningkatkan curah hujan dengan disertai kilat/angin kencang di wilayah Indonesia. Salah satu dari fenomena tersebut adalah aktivitas monsun Asia yang masih mendominasi.
Selanjutnya, Madden Jullian Oscillation (MJO) di kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia dalam beberapa pekan ke depan. Selain itu, adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur. Terakhir, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.
“Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia,” imbuhnya.
Selain itu, Dwikorita juga mengingatkan masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan menghadapi perubahan cuaca yang cepat karena pancaroba. Cuaca yang berubah-ubah antara panas dan hujan dengan cepat dapat mengganggu daya tahan tubuh.
Masyarakat juga diminta untuk menyesuaikan aktivitas di luar ruangan dengan menggunakan perlindungan dari sinar matahari atau hujan, seperti payung, topi, atau jas hujan.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan saat musim berganti, risiko angin puting beliung juga meningkat. Oleh karena itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan terus memperbarui informasi serta Peringatan Dini cuaca yang dikeluarkan oleh otoritas resmi BMKG.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 26 Feb 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 28 Feb 2024
Bagikan
Banjar Update
11 jam yang lalu