starbanjar.com
IMG-20240801-WA0047.jpg
Petani Barito Kuala mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan tanpa membakar lahan (Foto : Ahmad Husaini)

Berhasil Bertani Sayur Tanpa Bakar Lahan, ini Kiat Petani Barito Kuala

Redaksi Starbanjar
30.7.2024

STARBANJAR - Di tengah tantangan perubahan iklim dan peningkatan kebutuhan akan praktik pertanian berkelanjutan, petani di Desa Sungai Bamban, Kecamatan Rantau Badauh, Kabupaten Barito Kuala, telah berhasil mengadopsi metode mulsa tanpa olah tanah (MTOT) sebagai alternatif ramah lingkungan menggantikan pembakaran lahan.

Arbani, salah satu petani yang mengimplementasikan metode ini, menggunakan mulsa alami dari jerami dan rumput kering untuk menutupi tanah pertaniannya.

"Dengan mulsa alami, tanah di lahan saya tetap lembap sepanjang tahun, baik di musim hujan maupun kemarau," kata Arbani dalam kegiatan journalist visit (JV) pada Rabu (24/7).

Penggunaan MTOT telah memungkinkan Arbani untuk mengurangi frekuensi penyiraman lahan, terutama selama musim kemarau, yang pada akhirnya menurunkan biaya operasional. 

"Dulu, harus menyiram setiap hari, sekarang bisa lebih hemat air dan biaya," ungkapnya. 

Selain itu, mulsa alami juga berperan dalam meningkatkan efisiensi penyerapan pupuk, sehingga tanaman dapat memperoleh nutrisi dengan lebih cepat.

Arbani menanam berbagai jenis tanaman pangan, termasuk cabai, tomat, timun, dan gambas, dengan memanfaatkan metode MTOT. 

Keberhasilan ini menunjukkan potensi besar MTOT dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan di kawasan tersebut.

Menurut Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Rantau Badauh Batola, Janaturahimah, MTOT diperkenalkan kepada petani melalui program Udara Bersih Indonesia (UBI) dari Yayasan Field Indonesia sejak 2022. 

"Kami ingin memperkuat ketahanan pertanian dengan metode yang berkelanjutan dan hemat biaya," katanya.

BPP dan Yayasan Field Indonesia telah menggalang gerakan massal MTOT, melibatkan lima penyuluh dan 176 petani baru di wilayah Rantau Badauh.

Suhada, fasilitator Yayasan Field Indonesia Kalsel, menekankan bahwa metode MTOT tidak hanya mendukung ketahanan pangan tetapi juga berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim dan pengurangan risiko kebakaran lahan. 

"Dengan memanfaatkan jerami dan rumput kering sebagai mulsa, kita dapat mencegah kebakaran dan memaksimalkan hasil pertanian," ujarnya.

Melalui metode ini, diharapkan para petani dapat meningkatkan hasil pertanian mereka sembari menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak negatif dari praktik pembakaran lahan tradisional. 

Keberhasilan ini menjadi contoh nyata bahwa pertanian yang berkelanjutan dapat diterapkan secara efektif dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan komunitas.