Bagikan:
MENGENAL dua sosok politik muda Kalimantan Selatan, Latifah Azlina (Gelora) dan Maira Ulfah (PKS) bercerita soal sepak terjangnya dalam menapaki karirnya sebagai politikus yang sangat baru di era Milenial.
Alasan mereka tak lain adalah pengabdian ke rakyat dan mengimplentasikan ilmunya, sebab kedua perempuan berjilbab ini satu kelas yang sama di Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat.
Seusai kelulusan wisuda, mereka masing-masing menapaki kehidupan di daerahnya sendiri. Azlina (23), perempuan asal Bumi Mas Asri, Banjarmasin Timur ini sebelumnya merintis bisnisnya sebagai Owner Warung Mie Beruntung, Endlin Drink dan Warkop Narasi Banjarmasin. Berbeda dengan Maira Ulfah (23), perempuan asal Teluk Kepayang, Tanah Bumbu itu menggeluti dunia aktivis yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisip, yang kemudian tertarik gabung langsung ke partai PKS sejak 2020 lalu.
"Saya senang berkegiatan di sekolah hingga perguruan tinggi, mulai dari osis hingga jadi anggota BEM Fisip. Tidak mau apatis kayak orang," ucap Maira kepada Starbanjar, pada Senin (17/7/2023) siang, di Wetland Square.
Karena jiwa keorganisasian Maira terlihat, ajakan masuk ke dunia politik pun berdatangan. Dia mengaku, ajakan saudara ayah atau omnya sendiri yang menjadi Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Tanah Bumbu dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) H Bahsanuddin, yang membawanya hingga gabung ke partai.
"Kalau om itukan sudah jadi DPRD Tanah Bumbu, lalu saya sebagai ponakannya diajak gabung ke partainya. Untuk menggantikan di dapilnya, sebab beliau nanti ingin maju ke DPR RI," cerita dia.
Dapilnya nanti di antaranya, yaitu Teluk Kepayang, Kusan Hulu, Karang Bintang, Kuranji dan Mentewe. Maira pun kini terus melatih dirinya dalam medalami politik ke masyarakat, sehingga apa yang harus dipelajari dapat dikembangkan.
Kini, Maira menjabat sebagai Ketua DPC PKS Kecamatan Teluk Kepayang, sebuah tempat ia dilahirkan. Lantas, dia harus mengabdikan dirinya untuk warga disekitar.
"Dari persoalan yang ada, keterlibatan anak muda ke parlemen itu sangat penting. Sebab itu kami hadir," ucap Maira, tegas.
Maira berkeinginan untuk memajukan daerahnya, terlebih fokus pada aspek infrastuktur. Dia menyadari kini masih stagnan, kondisi bangunan dan jalanan di daerah kampungnya.
Sebelum terjun sebagai wakil rakyat, Maira pun sempat belajar dan mendalami karirnya di sekolah politik. Di Jakarta, Bendahara Yayasan Amnesia ini menyerap isu dan pengetahuan politik, sehingga langkahnya semakin mantap.
"Saya terpikir bahwa harus ada kontribusinya sebagai anak muda," ucap Maira, Koordinator Legislative Goes To Campus.
Adapun, Azlina bercerita lebih dulu terjun ke dunia politik dan bergabung ke partai Gelora sejak 2019 lalu. Perlahan, dia mengikuti banyak kegiatan di sana dan ternyata, memiliki kecocokan dalam visi hidupnya.
"Saya merasa cocok dengan visi-misi dan ideologinya," ujarnya.
Karena, Azlina kerap mengikuti rutinitas partai maka pihak pengurus Gelora tertarik untuk mengukuhkan dirinya sebagai Biro Analisis Data. Tahun 2020 itu, dia pun mulai dilirik partai untuk bacaleg pada tahun mendatang.
"Ketua DPW Gelora Kalimantan Selatan yang mengajak untuk bacaleg, karena melihat potensi saya," ungkap Azlina, tersenyum.
Azlina merasa, keterlibatan kawula muda di tahun 2024 nanti menjadi kontestasi politik yang menjanjikan. Sehingga, wanita yang terpilih sebagai Young Preuner Baznas Kalsel ini meyakini dirinya dapat bersaing dengan politisi lainnya.
Apalagi, Azlina melihat sudah banyak politisi muda yang berani maju dalam bacaleg. Lantas, dia semakin antusiasme dalam terjun menapaki karirnya di dunia politik.
"Kini, mungkin tahunnya anak muda berpolitik. Dengan potensi yang ada, akhirnya disalurkanlah diri untuk bacaleg di Banjarmasin Timur," kata dia, anggota WUB Disbudporapar Banjarmasin itu.
Azlina sudah jalan 4 tahun bergelut di dunia politik, yang terus membuatnya belajar bahkan terjun langsung mencalonkan dirinya ke legislatif. Tujuannya tak muluk-muluk, yaitu memajukan daerahnya sendiri dengan pemikiran anak muda.
Dengan itu, Azlina menyebut dirinya hadir untuk mewakili rakyat di ranah legislatif, bukan eksekutif. Terkadang, dia melihat masyarakat masih belum bisa membedakan fungsi dan perannya sebagai pejabat di wilayah pemerintah kota dan DPRD.
"Ketika wajah kita pasang di platform media sosial. Ada saja yang menanyakan visi-misi saya ketika mencalon, padahal jalan kita sebagai legislatif hanya dapat memperjuangkan aspirasi mereka," kata dia.
Apalagi, Azlina melihat peluang anak muda yang maju di Pilkada 2024 nanti. Dia memandang lebih kritis dan idealis dalam menjalankan fungsinya kelak.
Tentu, Azlina menjelaskan alasannya untuk maju bacaleg karena kondisi DPRD saat ini yang dipandang oleh masyarakat belum maksimal dalam memenuhi aspirasinya. Sehingga, dia mengaku niatnya hanya untuk memperbaiki fungsi DPRD lebih baik lagi ke depannya.
"Apabila pun anak muda dikontrol oleh penguasa, maka dikembalikan lagi ke prinsipnya sendiri. Apakah goyah atau tetap tegak dengan pendiriannya itu," tandasnya.