Bagikan:
STARBANJAR- Kerajinan kain khas Sasirangan pewarna alam makin diminati oleh penggiat fesyen di Kalimantan Selatan. Pemakaian bahan baku secara organik dianggap aman untuk kulit dan lebih berwawasan lingkungan.
Aneka Karya Sasirangan, kelompok kerajinan dari Desa Teluk Karya, Kecamatan Lampihong, Kabupaten Balangan, membuktikan bahwa sasirangan pewarna alam bisa tetap laku di pasaran.
"Sekarang kami misalnya sudah bekerja sama dengan beberapa dinas. Dan ikut dua kali pameran," kata Laila Hayati, Sekretaris Kelompok Aneka Karya Sasirangan.
Bahan baku pewarna alam yang didapatkan pun boleh dikata cukup mudah didapatkan. Pengrajin seperti Laila cukup memetiknya dari tanaman yang tumbuh di sekitar desa.
"Kaya kayu bangkal. Bisa kita olah jadi warna kuning. Galam bisa diolah jadi warna abu," kata dia.
"Hanya saja, beberapa warna seperti biru kita harus mesan ke Jawa. Biru biasanya dihasilkan dari tumbuhan indigo," tambah Laila.
Kelompok Aneka Karya Sasirangan sendiri mengakui penggunaan bahan alami lebih aman. Sebab, biasanya beberapa pengrajin dari mereka mengalami gatal kulit jika saat menggunakan bahan sintetis.
Tak cuma Balangan, di Banjarmasin, sejumlah pengrajin juga mulai menggiatkan bahan pewarna alam sebagai prioritas.
Ibnu Katsier, misalnya. Pengelola galeri sasirangan warna alam Assalam ini merintis bisnis sejak tahun 2009 karena memang ingin mengedepankan usaha berwawasan lingkungan.
Pemerintah Indonesia juga sudah melakukan ratifikasi Konferensi Geneva tahun 1995 yang melarang penggunaan zat warna kimia. Kami ikut mendukung keputusan tersebut," ujar Ibnu.
Ibnu pun berharap metode penggunaan pewarna alam bisa dikembangkan produsen Sasirangan lainnya. Sebab, limbah pewarna sintetis sasirangan sangat berbahaya kala tercemar. Apalagi jika sudah dibuang ke sungai-sungai yang ada di Kota Banjarmasin.