Bagikan:
JAKARTA – Isra Mikraj merupakan dua perjalanan luar biasa yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Peristiwa ini memiliki makna besar bagi umat Islam, karena melalui momen tersebut, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu berupa perintah salat lima waktu sehari semalam dari Allah SWT.
Menurut kalender Hijriah Tahun 2025 yang dirilis oleh Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, Isra Mikraj tahun ini diperingati pada Senin, 27 Januari 2025. Di Indonesia, peringatan Isra Mikraj ini ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Keputusan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri yang ditandatangani oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Plt. Menteri Ketenagakerjaan Airlangga Hartarto, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas pada 14 Oktober 2024.
Di Indonesia, ada berbagai tradis merayakan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Lantas, tradisi unik apa saja dalam perayaan Isra Mikraj tersebut? Mari simak artikel berikut!
Berikut beberapa tradisi unik perayaan Isra Mikraj di berbagai daerah:
Tradisi Rejeban Peksi Buraq telah dilestarikan selama ratusan tahun. Tradisi yang berasal dari Yogyakarta ini terinspirasi dari Buraq, burung yang menjadi tunggangan Nabi Muhammad saat melakukan perjalanan ke langit ketujuh.
Dalam pelaksanaannya, masyarakat membuat dua jenis Buraq menggunakan kulit jeruk bali. Buraq tersebut kemudian ditempatkan di atas gunungan yang berisi buah-buahan. Gunungan tersebut diarak oleh abdi dalem Kaji Selusin menuju serambi Masjid Gede Kauman. Setelah pengajian selesai, buah-buahan dari gunungan tersebut dibagikan kepada para jemaah masjid.
Seperti halnya kitab dan buku pada umumnya yang membahas Isra dan Mikraj, kitab Arja ini diawali dengan pujian kepada Allah dan shalawat atas Nabi Muhammad. Setelah itu, pengarang mengutip ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan peristiwa Isra dan Mikraj, yaitu surat Al-Isra ayat 1, sebelum menjelaskan secara rinci perjalanan tersebut.
Uraian dimulai dari kedatangan malaikat Jibril yang menyampaikan kabar dari Allah tentang misi Isra dan Mikraj, dilanjutkan dengan kisah Nabi Muhammad menaiki Buraq hingga kembali ke Makkah.
Pelaksanaan tradisi Nyadran Siwarak tidak hanya melibatkan kegiatan doa, tetapi juga diwarnai dengan karnaval yang menampilkan berbagai atraksi. Salah satu atraksi utama adalah arak-arakan replika burung Siwarak, yang dibuat dari hasil bumi seperti sayuran dan buah-buahan.
Setelah diarak keliling, hasil bumi tersebut biasanya diperebutkan oleh masyarakat. Selain itu, tradisi ini juga mencakup acara makan bersama yang diadakan oleh warga. Selain menjadi simbol rasa syukur, kegiatan ini juga berperan dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara masyarakat.
Nganggung adalah tradisi khas masyarakat Melayu Bangka Belitung, terutama di Pulau Bangka. Tradisi ini melibatkan membawa makanan dari setiap rumah menuju tempat pertemuan besar, biasanya dilakukan pada hari-hari besar Islam.
Acara Nganggung umumnya diisi dengan doa-doa dan ceramah agama sesuai tema yang ditentukan. Tradisi yang menjadi bagian dari adat Melayu Bangka ini melambangkan kekokohan nilai kekeluargaan di antara masyarakat serta berfungsi sebagai sarana mempererat silaturahmi. Hingga kini, tradisi ini terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Ambengan Magelang merupakan tradisi yang melibatkan perkumpulan warga di wilayah Magelang, mulai dari tingkat dusun, RT, RW, hingga kampung. Dalam bahasa Magelang, Ambengan berarti makan.
Tradisi makan bersama ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Biasanya, acara diawali dengan pengajian sebagai pembukaan, sebelum dilanjutkan dengan makan bersama.
Makanan disajikan dalam wadah besar yang terbuat dari daun pisang, berisi nasi, lauk pauk, dan sayuran. Tradisi ini juga mengandung makna kebersamaan dan kesetaraan, mencerminkan bahwa semua lapisan masyarakat setara tanpa memandang status sosial.
Masyarakat Muslim di Provinsi Gorontalo memiliki tradisi Meeraji, yaitu ritual untuk memperingati Isra Mikraj yang biasanya dilakukan setiap tanggal 27 Rajab. Dalam tradisi ini, masyarakat membaca naskah beraksara Arab yang ditulis dalam bahasa Gorontalo.
Naskah yang dibaca pada sepertiga malam tersebut mengisahkan perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini telah menjadi bagian dari budaya Gorontalo sejak Islam mulai masuk ke wilayah tersebut.
Di Karo, masyarakat memperingati Isra Mikraj melalui tradisi yang disebut Kerja Tahun. Tradisi ini juga berfungsi sebagai pesta panen, di mana warga desa mengungkapkan rasa syukur atas berkah dari Tuhan.
Pelaksanaan Kerja Tahun bervariasi di setiap desa, sesuai dengan kebijakan setempat. Beberapa desa memilih untuk mengadakan tradisi ini menjelang peringatan Isra Mikraj.
Bandung memiliki tradisi khas untuk merayakan Isra Mikraj, yaitu Pawai Obor Bandung. Tradisi ini digelar di Taman Tegallega dan biasanya dihadiri oleh ribuan orang.
Acara dimulai dengan peserta yang menyalakan obor pada pukul 19.00, kemudian mereka akan berjalan mengikuti rute tertentu hingga mencapai titik tujuan. Selama pawai, peserta juga akan meneriakkan yel-yel untuk saling memberi semangat.
Itu dia beberapa tradisi unik merayakan Isra Mikraj di Indonesia.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 21 Jan 2025
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 21 Jan 2025