starbanjar.com
Merdeka Belajar.jpg
Istimewa

Merdeka Belajar Yang Menyenangkan

Redaksi Starbanjar
17.6.2021

STARBANJAR - Hadirnya pandemi covid-19 sangat berimbas bagi dunia pendidikan, semua pihak yang terlibat di dalamnya harus bersiap dengan segala kebijakan darurat yang diberlakukan. 

Dampaknya pembelajaran yang semula normal dilakukan dengan tatap muka dipaksa berubah menjadi pembelajaran jarak jauh. Hal demikian juga menuntut guru berkreasi-inovasi dalam melakukan modifikasi terhadap pelajaran yang mereka ampu. 

Cara yang dilakukan untuk mentransfer pembelajaran masing-masing guru pun beragam. Chat WA grup misalnya lebih dianggap familiar dan mudah. Siswa diminta untuk belajar mandiri melalui materi yang diberikan melalui link, video, teks bacaan, dan sebagainya. 

Selanjutnya siswa diberikan tugas menjawab soal, merangkum pelajaran, mencatat seperti halnya yang biasa dilakukan pada belajar tatap muka di sekolah. Bagi guru yang sudah melek dengan teknologi, mereka lebih menggunakan pembelajaran jarak jauh dengan aplikasi zoom, google meet, google classroom, membuat video konten dan lainnya.

 Melalui beragam teknologi yang digunakan tersebut diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih baik dan menyenangkan untuk siswa saat pandemi.

Seiring dengan digaungkannya kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang merdeka belajar maka yang menjadi pertanyaan saat ini apakah dengan menggunakan berbagai macam teknologi aplikasi tersebut merupakan implementasi dari merdeka belajar? Merdeka belajar bermakna bagaimana memberikan kesempatan belajar seluas luasnya dan senyaman nyamannya kepada peserta didik untuk belajar dengan bebas, santai, nyaman dan gembira tanpa ada tekanan paksaan dari siapapun. Dengan memperhatikan kemampuan dan bakat alami yang dimiliki oleh siswa.

Harapannya mereka tidak akan merasa terpaksa, terkekang atau terbebani secara psikologis dalam mempelajari dan menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan. Hal tersebut bagian dari upaya membuat siswa terhindar dari stres dan terpaksa dalam belajarnya. 

Selama pembelajaran jarak jauh dilaksanakan belum banyak guru yang melakukan inovasi pembelajaran dengan mengkolaborasikan materi pembelajaran dengan lingkungan siswa. Apalagi di masa normal baru saat ini aktifitas dan kegiatan siswa lebih banyak dilakukan di rumah. Di lingkungan inilah sebenarnya siswa dapat melihat, merasakan, mengalami, bahkan menerapkan pengetahuan yang berdasarkan teori atau buku teks dengan pengetahuan yang dia temukan di lingkungan tempat tinggal.

Memanfaatkan bahan, alat dan sumber belajar dari lingkungan keluarga (rumah). Memperhatikan hal-hal kecil yang sangat bermanfaat dan dapat menumbuhkan perilaku baik pada siswa.

Melibatkan siswa untuk menentukan media pembelajaran adalah bentuk pelibatan untuk menghindari kesia-siaan. Jangan sampai guru sudah membuat media pembelajaran sedemikian bagus, ternyata tidak berhasil merebut perhatian siswa sehingga menjadi sia-sia.

Sesungguhnya ada hal penting yang paling berdampak pada siswa, yaitu keterhubungan dan ikatan emosional antara siswa dan guru. Sejak pembelajaran jarak jauh, hubungan tersebut makin renggang, bahkan ada yang sama sekali terputus. Ibarat api yang menyala dengan bahan bakar, guru memastikan bahan bakar tetap tersedia agar api tersebut terus tetap menyala. 

Dalam pembelajaran kolaborasi siswa diminta untuk melakukan pembelajaran bukan karena terpaksa tapi karena suka dan senang. Sebagian besar tentu siswa lebih menyukai pembelajaran praktik langsung. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran kolaborasi. 

Skenario pembelajaran disusun dengan model proyek kolaborasi antara beberapa mata pelajaran sehingga tugas yang diberikan tidak memberatkan siswa. Pertemuan daring juga tidak diperlukan setiap hari dan berlama-lama. Pelaksanaan daring hanya diperlukan untuk berdiskusi dan memperbanyak interaksi dengan siswa, memberi motivasi, dan pemberian semangat kepada siswa. Model pembelajaran seperti ini dapat dilakukan siswa secara mandiri, bersama teman kelompoknya, keluarganya, dan masyarakat sekitar. Peran guru dalam pembelajaran ini hanya sebagai fasilitator dan perantara terhadap apa yang sedang dilakukan siswa.

Melalui pembelajaran dengan kolaborasi ini tentu banyak hal yang akan mereka lakukan. Banyak kelebihan yang didapatkan jika melaksanakan model pembelajaran seperti ini. Diantaranya dapat mengakrabkan siswa, menumbuhkan kreatifitas siswa, mengajarkan siswa untuk dapat beradaptasi dan peka terhadap lingkungannya, menyenangkan, mengajarkan siswa mandiri, bertanggung jawab terhadap tugasnya, tidak merasa jenuh atau bosan. 

Mereka juga  mendapatkan pengalaman terhadap hal-hal baru yang belum tentu mereka dapatkan dengan belajar tatap muka di kelas. Disinilah suasana belajar menyenangkan itu terbangun jauh dari tekanan psikologis dan keterpaksaan.

Dalam menerapkan model pembelajaran seperti ini guru harus dapat memfasiltasi siswa jika terdapat masalah selama pelaksanaan kegiatan, membatasi waktu siswa dalam menyelesaikan tugasnya agar siswa tidak berlarut larut dalam menyelesaikan proyeknya. Jika kegiatan tersebut membutuhkan alat, usahakan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah didapat siswa. 

Memilih lokasi kegiatan yang mudah dijangkau, tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya. Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga guru dan siswa merasa nyaman selama proses kegiatan berlangsung.

Gambaran beragam pola pembelajaran diatas meniscayakan seorang guru harus peka terhadap kondisi sosial ekonomi anak didik. Bagaimanapun pola pembelajaran daring di daerah juga akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan infrastruktur pendidikan. Apalagi di daerah kita tipologi wilayah dan keterjangkauan jejaring internet sangat terbatas.

Hal paling mendasar soal terbatasnya keterjangkauan jaringan internet, ketersediaan gawai dan kouta internet siswa yang kurang mampu adalah hal utama yang harus diurai. Apabila infrastruktur pendidikan itu terpenuhi. 

Tentu beban ekonomi yang disandang siswa kurang mampu tak memperparah suasana batin mereka karena harus beradaptasi dengan teknologi gawai pintar yang belum tentu membuat mereka bisa belajar dengan menyenangkan.

* Gusti Meika Madyarti

Mahasiswi Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari