Bagikan:
JAKARTA - Berinvestasi di saham Initial Public Offering (IPO) sering menarik minat investor karena peluang keuntungan yang besar. Namun, seperti semua jenis investasi, ada risiko yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah lima keuntungan dan kerugian dari berinvestasi di saham IPO.
Salah satu daya tarik utama investasi di saham IPO adalah potensi keuntungan besar dalam waktu singkat. Saham IPO sering kali dibeli pada harga yang lebih rendah sebelum naik ketika diperdagangkan secara publik.
Contoh sukses adalah saham Facebook yang mengalami lonjakan harga signifikan setelah IPO. Pada tahun 2012, saham Facebook dijual pada harga US$38 per saham saat IPO dan per hari ini Kamis, 4 Juli 2024, harganya berada di angka US$509,96 per saham.
Investor memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari pertumbuhan awal perusahaan. Dengan berinvestasi pada tahap awal, investor dapat menikmati apresiasi nilai saham seiring berkembangnya perusahaan.
Menambahkan saham IPO ke dalam portofolio investasi dapat membantu diversifikasi dan mengurangi risiko keseluruhan. Diversifikasi membantu melindungi portofolio dari volatilitas pasar. Menambah saham IPO dari sektor teknologi atau kesehatan dapat melengkapi portofolio yang mungkin sudah memiliki saham dari sektor tradisional seperti keuangan atau manufaktur.
Perusahaan yang go public harus mengungkapkan informasi keuangan mereka kepada publik. Hal ini memberikan transparansi yang lebih besar dan memungkinkan investor membuat keputusan yang lebih terinformasi. Prospektus IPO memberikan detail mendalam tentang keuangan perusahaan, rencana bisnis, dan risiko potensial.
IPO sering kali menarik perhatian media dan investor, menciptakan sentimen positif yang dapat meningkatkan permintaan dan harga saham. IPO dari perusahaan terkenal seperti Airbnb atau Uber mendapatkan liputan media yang luas, menarik minat besar dari investor ritel dan institusi.
Saham IPO cenderung sangat volatil, terutama pada hari-hari awal perdagangan. Fluktuasi harga yang tajam dapat menyebabkan kerugian signifikan bagi investor yang tidak siap. Saham Snapchat anjlok lebih dari 20% dalam beberapa bulan setelah IPO pada tahun 2017.
Karena merupakan perusahaan baru di pasar saham, investor tidak memiliki data historis yang cukup untuk menganalisis performa masa lalu. Hal ini membuat penilaian risiko menjadi lebih sulit. Beberapa perusahaan yang IPO pada tahun-tahun awal sering kali belum menunjukkan profitabilitas yang konsisten, meningkatkan risiko investasi.
IPO sering kali overhyped, menyebabkan penilaian yang berlebihan dan harga saham yang tidak realistis. Setelah antusiasme awal mereda, harga saham bisa jatuh. Saham Blue Apron kehilangan lebih dari 80% nilainya dalam tahun pertama setelah IPO pada 2017, karena valuasi awal yang terlalu tinggi.
Investasi di saham IPO berarti menaruh kepercayaan besar pada kinerja perusahaan yang belum terbukti di pasar publik. Jika perusahaan gagal memenuhi ekspektasi, harga saham bisa merosot. Saham WeWork mengalami kegagalan besar setelah rencana IPO dibatalkan karena kekhawatiran tentang model bisnis dan manajemen perusahaan.
IPO sering kali terjadi dalam kondisi pasar yang tidak pasti. Perubahan tiba-tiba dalam kondisi ekonomi atau sentimen pasar dapat mempengaruhi kinerja saham IPO secara drastis. Krisis ekonomi atau perubahan regulasi dapat membuat harga saham IPO turun, meskipun perusahaan tersebut memiliki prospek yang baik.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Pasza Bagaskara pada 05 Jul 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 05 Jul 2024