starbanjar.com
SADFafa
SADFafa

AFK 2020: Seroja dan Tulah Tungku Raih Penghargaan Mandau Perak & Mandau Emas

Redaksi Starbanjar
30.12.2020

STARBANJAR- Rangkaian puncak festival sinema Aruh Film Kalimantan (AFK) 2020 berakhir sudah. Dua karya garapan sineas Kalimantan resmi terpilih sebagai penerima penghargaan Mandau Perak & Mandau Emas dalam Malam Penganugerahan AFK 2020 di Kampung Buku Banjarmasin, pada Selasa (29/12/2020) malam.

Untuk Mandau Perak, penghargaan diberikan pada film Seroja, garapan Team Creative Multimedia (TMC) Balangan SMKN 1 Batumandi. Film ini bercerita tentang seorang lelaki perjaka tua bernama Rustam, yang menunggu kedatangan kedua adiknya saat hari raya Idul Fitri.

Tampil dengan bahasa Banjar dan dialeknya yang khas, Seroja pun dinilai mampu mencerminkan sisi Kalimantan melalui sinema. "Film ini juga patut diapresiasi karena dengan waktu yang panjang mampu mengelola stamina secara konsisten," kata M Syaripuddin, selaku perwakilan yang menyerahkan penghargaan Mandau Perak.

Sekadar diketahui, Seroja bersaing bersama tiga film lainnya seperti Basyair Manyisir Jalan, Dalam Rumah, dan Basamsam Pajintan.

Untuk penghargaan Mandau Emas, film Tulah Tungku terpilih sebagai pemenangnya. Karya Vera Isnaini dari Historia Kreator ini mengisahkan tentang Jidan, seorang bocah Banjar Melayu yang khawatir tentang kedatangan Wak Saleh yang hendak bertamu dalam keadaan pilek di tengah pandemi. Jidan yang gelisah dengan kedatangan Wak Saleh kemudian diajari ibunya suatu mantra melayu untuk mengatasinya.

Dewi Alfianti, selaku perwakilan juri yang menyerahkan penghargaan menyampaikan film ini digarap dengan pengambilan gambaran yang tepat. Tulah Tungku bersaing bersama empat film lainnya dalam nominasi Mandau Emas seperti Semicolon, A Story From Land of Borneo, Puako, dan Huma Amas.

Menariknya, dalam Malam Penganugerahan AFK 2020 kali ini, ada penambahan penghargaan diberi nama 'Mandau Merah' untuk film yang dianggap berbeda dari semua karya yang dikirim dalam program kompetisi.

Direktur AFK 2020, Munir Shadikin, mengatakan bahwa penghargaan Mandau Merah diberikan untuk film yang menciptakan standar baru perfilman di Tanah Kalimantan. "Baik dari segi estetika dan lain-lain. Sehingga kita merasa perlu memberikan penghargaan ini" kata Munir.

Film yang dimaksud adalah Huma Amas. Karya besutan Muhammad Al Fayed (ISI Yogyakarta) tersebut bercerita tentang kisah Yusni, seorang petani desa pinggiran Kaltim yang hidup berdua bersama anaknya Aji, merasakan kebimbangan untik mempertahankan sawah warisan orang tua atau menjualnya kepada tambang.

Adapun Munir menambahkan, secara umum film-film yang dikirimkan ke pihak AFK 2020 sudah mengalami peningkatan kualitas. Ini terlihat dari karya-karya yang mengalami perbaikan dari segi sinematografi hingga cerita yang diangkat.

"Dalam kesempatan ini kami ingin berterima kasih atas teman-teman yang sudah berjuang AFK 2020 tetap ada. Beberapa festival meliburkan diri, tapi kita tidak mau kalah dengan pandemi," kata Munir.

Malam Penganugerahan AFK 2020 kali ini dikemas dengan konsep menyalakan lilin serentak di Kampung Buku Banjarmasin, sebagai simbol kesederhanaan AFK 2020. Dihadiri sejumlah undangan dari sineas atau filmmakers yang ikut berkompetisi hingga pihak sponsor.