Bagikan:
STARBANJAR - Jepang menghadapi tantangan serius denganterjadinya penurunan populasi yang mencatat rekor pada tahun 2023. Pada tahun tersebut menurut data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang tercatat kehilangan 831.872 jiwa penduduknya.
Dilansir dari Xinhua, Selasa, 27 Februari 2024, penurunan populasi ini utamanya dipicu oleh angka kelahiran baru yang mencapai rekor terendah sepanjang sejarah. Selama periode satu tahun, hanya 758.631 bayi yang lahir, mencatat penurunan sebesar 5,1 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Fenomena ini menjadi tren signifikan selama delapan tahun berturut-turut, dengan angka kelahiran yang terus menurun dan tetap di bawah 800.000 sejak tahun 2022.
Penurunan populasi yang signifikan di Jepang akan membawa dampak jangka panjang yang kompleks di berbagai sektor, termasuk struktur demografi, perekonomian, dan sistem kesejahteraan sosial.
Secara demografis, pergeseran komposisi penduduk menuju populasi yang lebih tua dapat menimbulkan tantangan dalam penyediaan layanan kesehatan dan perawatan jangka panjang, karena meningkatnya jumlah lansia.
Hal ini kemungkinan akan mendorong pemerintah untuk mengadaptasi kebijakan terkait kesehatan dan perawatan lanjut usia.
Dari segi ekonomi, penurunan populasi dapat mempengaruhi daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya lebih sedikit angkatan kerja, mungkin terjadi penurunan produktivitas dan inovasi.
“Pemerintah juga mungkin perlu menyesuaikan kebijakan fiskal dan moneter untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi tantangan demografi ini,” tulis media China tersebut.
Sistem pendidikan juga akan menghadapi perubahan signifikan. Dengan penurunan jumlah siswa, sekolah dan universitas mungkin perlu mengatasi penurunan pendanaan dan merancang strategi untuk menjaga kualitas pendidikan.
Selain itu, fokus pada pendidikan lanjutan dan pelatihan keterampilan untuk mengoptimalkan sumber daya manusia yang tersedia menjadi krusial.
Sementara itu, sistem kesejahteraan sosial akan menghadapi tekanan tambahan dalam memberikan dukungan kepada populasi yang lebih tua. Perlu adanya reformasi kebijakan untuk memastikan keberlanjutan sistem pensiun dan layanan kesejahteraan sosial lainnya.
Mungkin juga diperlukan inovasi dalam bentuk dukungan sosial yang dapat membantu lansia tetap aktif dan terlibat dalam masyarakat.
Secara keseluruhan, penurunan populasi Jepang akan menuntut adaptasi dan inovasi di berbagai sektor untuk menjaga keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat dalam menghadapi perubahan demografis yang signifikan.
Pemerintah Jepang diketahui sedang merumuskan langkah-langkah strategis guna mengatasi tantangan ini, mungkin melalui insentif kebijakan untuk mendorong kelahiran atau langkah-langkah untuk mendukung pekerjaan dan kesejahteraan keluarga.
Penanganan masalah penurunan populasi ini menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan dan kemakmuran Jepang dalam jangka panjang.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 27 Feb 2024