starbanjar.com
Ehen dan pakaian bekas
Ehen dan pakaian bekas

Belajar dari Ehen, Pemuda Banjarmasin yang Sukses Jualan Pakaian Bekas lewat 'Secondiary'

Redaksi Starbanjar
24.8.2020
Bisnis jual beli produk fesyen bekas belakangan waktu terakhir mulai digandrungi anak-anak muda di Banjarmasin. Salah satunya Rahendra Pratama atau Ehen. Lewat merk dagang 'Secondiary', ia mengaku bisa meraup untung hingga Rp 4 juta dalam kurun waktu satu bulan hanya dengan bergadang barang-barang lawas.
 
****
 
Usaha ini dirintis Ehen sejak 2019 lalu. Dia bercerita, mengawali bisnis ini hanya dengan menjual barang bekas milik pribadinya. 
 
 “Awalnya dari sepatuku sendiri, akunya mau menjual sepatu preloved-ku sendiri ke orang lain,” kata dia. 
 
Dari momentum itu, Ehen sadar Secondiary bisa menjadi menjadi ajang meneruskan hobinya mengoleksi barang menjadu sesuatu yang bernilai cuan. 
 
Mulai dari sepatu pribadi yang jadi modal awal, hingga kaos, celana, dan topi bekas branded kini menjadi dagangan utamanya. 
 
Saat ditemui starbanjar belum lama tadi, Ehen memamerkan salah satu koleksinya saat ditanya salah satu barang terbaiknya, Kaos bersablon gambar Bob Marley dengan tag orisinil dari Zion. 
 
Menurutnya barang-barang yang ia jual bukan harus branded, barang-barang yang memiliki sejarah khusus tentu punya nilai tersendiri bagi yang memakainya.
 
“Banyaknya barang-barang yang ku jual sih yang branded kya Nike, Adidas, dll. Tapi, aku pun tidak mematok harus vintage, kalaupun ada berarti ada nilai lebihnya,” ceritanya. 
 
Ehen menuturkan pasar untuk produk fesyen seperti ini sudah lumayan ada, dari niatnya iseng jualan sampai akhirnya meraup omzet  3-4 juta dalam satu bulan. Tak tanggung-tanggung, ada sekitar 20 item yang terjual perbulannya di secondiary. 
 
Kendati terlihat berjalan mulus, Ehen menyebut usaha jual beli pakaian bekas seperti ini masih memiliki tantangan. Misalnya beberapa pelanggan ada yang masih belum mengerti filosofi brand dan orisinalnya barang-barang yang dijual. Kerap kali ia harus menjelaskan detil suatu barang dan tak jarang beberapa pelanggan tak wajar membanting harga. 
 
“Yah kadang ada ada yang mindset-nya ‘ini barang bekas ini dapat murah’, jadi  kadang mereka nawarnya kelewatan, ku beri harga 150 ribu mereka nawarnya malah 50 ribu,” ungkap Ehen. 
 
Banyaknya bermunculan para penadah dari pemasok barang-barang kodian juga menjadi kendala lain. Sulitnya mencari koleksi baju, sepatu, celana, dan barang-barang lainnya saat ini menurutnya disebabkan karena hal tersebut. 
 
“Sekarang banyak yang main ‘orang dalam’, jadi belinya dari satu bal dari pemasok barangnya sebelum masuk pasar. Jadi, sulit mencari barang tapi pasti ada sih cuman sedikit,” ucapnya. 
 
 Ehen menuturkan pasarnya sudah ada dan ia pun sudah hobi ngoleksi sejak lama. Singkatnya hobi yang dibayar. Ia yakin bahwa setiap barang koleksi miliknya pasti mempunyai pembelinya suatu saat nanti dan terbukti bertahan sampai saat ini. 
 
“Semua akan terjual pada waktunya,” pungkas Ehen menyatakan motto bisnisnya.