Bagikan:
JAKARTA - Memasuki libur akhir tahun, tentu Anda sudah memiliki banyak ide untuk mengisi waktu istimewa ini. Refreshing menghilangkan rasa suntuk akibat berbagai aktivitas dan pekerjaan menjadi sebuah pilihan saat libur tiba. Terlebih saat ini kita sudah memasuki masa liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Berbagai pilihan refreshing dan liburan dapat dilakukan seperti pergi ke pantai, gunung, menikmati pemandangan, melakukan hobi dan lain sebagainya. Namun apabila bosan dengan kegiatan tersebut, terdapat rekomendasi menikmati liburan yang unik dan layak dicoba.
Keliling Jawa Timur dengan menggunakan kereta api mungkin bisa jadi pilihan cara refreshing yang unik dan tidak mengeluarkan biaya banyak. Tidak sekedar isapan jempol belaka, hal tersebut bisa dilakukan.
Lantas, bagaimana caranya untuk menikmati hal tersebut? apa saja pemandangan yang bakal dinikmati sepanjang perjalanan? Untuk bisa keliling Jawa Timur dengan murah, cukup dengan menggunakan Kereta Api Commuter Line (CL) Dhoho – Penataran.
Rute perjalanan nantinya yaitu dimulai dari start awal di Stasiun Surabaya Gubeng. Dari Surabaya Gubeng, terdapat dua pilihan rute perjalanan. Rute pertama yaitu Surabaya Gubeng-Kertosono-Kediri-Blitar-Malang-Sidoarjo-Surabaya Gubeng.
Kemudian rute kedua yaitu sebaliknya dari Surabaya Gubeng-Sidoarjo-Malang-Blitar-Kediri-Kertosono-Surabaya Gubeng. Soal harga tiket, dapat dipesan pada aplikasi Access By KAI pada menu KA Lokal dengan harga hanya Rp30.000 untuk rute tersebut.
Cara memesannya yaitu dengan memilih menu KA Lokal, kemudian mengisi kolom stasiun keberangkatan dan tujuan dengan nama yang sama yaitu Stasiun Surabaya Gubeng. Selanjutnya tinggal memilih jadwal keberangkatan dan kemudian melakukan pembayaran.
Disarankan agar memilih jadwal keberangkatan pukul 04.32 WIB dan 04.41WIB dari Stasiun Surabaya Gubeng agar dapat menikmati pemandangan dengan puas. Jadwal keberangkatan 04.32 WIB memiliki rute ke Kertosono lebih dahulu sedangkan keberangkatan 04.41WIB sebaliknya, memutar ke arah Malang.
Waktu perjalanannya masing-masing 9 jam 35 menit dan 10 jam 12 menit dimana akan sampai kembali di Surabaya Gubeng pada pukul 14.07 WIB dan 14.35 WIB.
Perjalanan berangkat saat pagi buta dari Surabaya Gubeng ke arah Kertosono terlebih dahulu. Belum banyak yang dapat dinikmati sebab suasana masih cukup gelap dan hanya kelap kelip lampu yang terlihat di pinggiran rel kereta antara Surabaya Gubeng sampai Mojokerto.
Kelap kelip lampu pemukiman dan kawasan industri menjadi suguhan pada lintas tersebut. Memasuki Stasiun Mojokerto, fajar menyingsing mulai tiba dimana momen matahari terbit dapat mulai dinikmati.
Selepas Mojokerto, pemandangan silih berganti antara pemukiman, persawahan, hingga kawasan industri. Pemandangan ini terus dijumpai hingga KA CL Dhoho-Penataran tiba di Stasiun Kertosono.
Ada momen unik saat perjalanan telah tiba di Stasiun ini. Pasalnya, lokomotif harus berpindah posisi untuk melanjutkan perjalanan. Lokomotif yang awalnya berada di ujung barat berpindah ke ujung timur sebab perjalanan akan kembali mengarah ke arah tersebut.
Perlu diketahui, Kertosono merupakan titik percabangan jalur KA menuju Surabaya dan Malang. Usai prosesi pindah lokomotif selesai, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Kediri dan Blitar. Pemandangan di sepanjang jalur ini didominasi oleh persawahan dan terkadang kebun tebu.
Ada satu hal ikonik yang menjadi penanda bahwa KA akan memasuki Kota Kediri. Keberadaan pabrik rokok Gudang Garam menjadi ciri khas sendiri kala perjalanan hampir memasuki Kota Tahu tersebut.
Hingga tiba di Blitar, pemandangan masih sama dengan suguhan persawahan. Pada momen tertentu terkadang dapat melihat Pegunungan Wilis yang memanjang. Perjalanan tiba di Blitar, perjalanan akan singgah beberapa menit di stasiun ini.
Setelah melanjutkan perjalanan, pemadangan akan tampak berbeda dari sebelumnya. Deretan Perkebunan, hutan, persawahan, hingga bendungan Ir Sutami akan menjadi suguhan menarik.
Jalur selepas Blitar ke Arah Malang juga berkelak kelok dimana pada beberapa titik terdapat view tebing dan jurang tinggi yang dilintasi oleh kereta ini. Pemandangan ikonik di jalur ini yaitu jembatan Lahor yang menjulang tinggi serta Terowongan Karangkates.
Keduanya objek ikonik jalur Blitar-Malang itu berada di petak Pogajih-Sumberpucung. Sebuah pemandangan unik yang tidak dapat dijumpai di jalur lainnya. Perjalanan kemudian tiba di Malang dan seperti biasa kereta akan singgah sebentar.
Selepas Malang, pemandangan kembali berganti dengan kawasan pemukiman, persawahan, serta Gunung Arjuno yang tinggi menjulang hingga KA tiba di Stasiun Bangil. Terdapat momen unik perjalanan sampai di Stasiun Lawang.
Seluruh kereta yang melintas stasiun ini harus berhenti untuk melakukan pengecekan rem sebelum nantinya akan menuruni turunan panjang hingga Stasiun Bangil. Memasuki kawasan Bangil-Sidoarjo, pemandangan yang disuguhkan yaitu fenomena lumpur Lapindo.
Tidak salah sebab jalur KA ini berada tepat di samping tanggul lumpur Lapindo, persisnya di petak jalan Stasiun Porong-Stasiun Tanggulangin. Selain menyaksikan tanggul lumpur yang menjulang tinggi, para penumpang terkadang juga bisa mencium aroma gas yang dihasilkan oleh semburan lumpur tersebut.
Setibanya di Sidoarjo, pemandangan akan kembali berubah lagi hingga nanti tiba di Surabaya. Kawasan industri hingga pemukiman padat penduduk menjadi suguhan selama sisa perjalanan dari Sidoarjo hingga tiba kembali di Surabaya Gubeng.
Apabila menggunakan rute kedua dengan start Surabaya Gubeng dan kemudian ke Malang lebih dahulu, maka pemadangan yang disuguhkan kebalikan dari yang telah dijelaskan di atas.
Ada sedikit catatan terhadap perjalanan dengan KA CL Dhoho-Penataran ini. Sebagai kereta lokal, perjalanan kereta ini kerap berhenti di stasiun kecil dan kalah bersilang dengan kereta api lainnya.
Namun hal ini menjadi sebuah keunikan dan sensasi tersendiri. Kemudian, kapasitas kereta ini juga lebih dari 100% tempat duduk sehingga bisa saja dalam perjalanan berdiri sebab harus beradu cepat untuk mendapatkan tempat duduk dengan penumpang lainnya.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Khafidz Abdulah Budianto pada 17 Dec 2023
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 21 Des 2023