starbanjar.com
Pegunungan Meratus di Batang Alai Timur, Hulu Sungai Tengah (HST).
Pegunungan Meratus di Batang Alai Timur, Hulu Sungai Tengah (HST).

Catatan Evaluasi Lingkungan Kalimantan Selatan 2022

Ahmad Husaini
26.11.2022

Oleh Setia Budhi, M.Si, Ph.D*

STARBANJAR - Sepanjang tahun 2022, banyak hal terkait dengan isu lingkungan di Kalimantan Selatan. Selain gejolak tambang ilegal di kawasan Hulu Sungai dan terutama di lereng pegunungan Meratus yang dikaitkan dengan peristiwa Banjir, kebakaran hutan  dan pencemaran.

Persoalan lingkungan muncul di hampir seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan.

Bahwa sorotan publik terbanyak adalah korporasi tambang batu bara yang terus melambungkan opini tambang hijau (green mining) dan green energy, tidak dapat maksimal menutup dampak lain terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat terutama di kawasan area operasional.

Tambang Batu Bara, tidak hanya dilihat seberapa banyak kerusakan bentang alam yang dieksploitasi, hilangnya muka bumi, persoalan reklamasi, tetapi juga turunan dari bergeraknya infrastruktur operasional misalnya tampak cemaran bahan kimia maupun  angkutan batu bara yang melintas di darat maupun sungai.

Terutama angkutan batu bara yang menggunakan jalur sungai Barito, mulai hari Hulu Barito sampai ke Muara Sungai Barito.  Jalur angkutan batu bara itu bahkan terpanjang di dunia (750 Km dari Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah melewati 5 Kabupaten di Kalimantan Selatan), sepanjang 10 tahun terakhir  jumlah angkutan batu bara semakin bertambah, tetapi kondisi sungai tidak berubah.

Di Sepanjang sungai barito, angkutan batu bara itu melalui banyak desa dan kampung-kampung, tetap  sayangnya kondisi desa dan kampung-kampung yang dilalui “emas hitam” itu tidak juga berubah nasibnya. 

Mengutip berita media 17 Juli 2022, Fokus program pemberdayaan  PT. Adaro Indonesia misalnya banyak mengurusi TWA pulau Bakut di Muara Sungai Barito melalui program pelestarian Bekantan (Nasalis Larvatus).  Program ini Nampak digarap dengan sangat serius, seperti pembangunan jalan titian sepanjang 630 meter, 4  buah shelter, 2  buah penara pengamat satwa, fasilitas klinik, dermaga terapung 2x4 meter.

Masyarakat  yang tinggal di desa dan kampung-kampung di sepanjang Sungai Barito tentu bertanya, apakah perusahaan tambang terbesar ini juga serius membangun klinik kesehatan untuk penduduk?, membangun pusat budidaya perikanan sungai, membangun dermaga apung untuk gerai UMKM,  fasilitas menara untuk memantau banjir, fasilitas sekolah unggul. Membangun rumah contoh untuk penduduk tepi sungai dengan model khusus anti banjir dan abrasi, budidaya rotan yang hampir punah dan jenis pembangunan sosial ekonomi lainnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Pada berita itu menggembirakan bahwa jumlah Bekantan di kawasan Pulau Bakut bertambah, sekarang 122 dari yang semula 68 ekor. Tetapi publik akan bangga dan terkagum-kagum jika di sepanjang sungai barito yang dilewati angkutan Batu Bara itu, angka kemiskinan menurun, jumlah perbaikan rumah penduduk yang tidak layak huni bertambah, jumlah klinik yang memenuhi standar telah meningkat dengan layanan di setiap setiap desa, angka stunting zero persen.

Dunia internasional boleh bangga dengan laporan konservasi menuju green energy, tetapi penduduk lokal yang terdampak seharusnya bangga jika green energy yang dimaksud adalah kolaborasi bersama petani untuk cetak sawah dengan padi lokal, kolaborasi bersama petani jeruk  untuk membangun fasilitas pabrik pengalengan Jeruk Barito. 

Perusahaan hadir ditengah penduduk terdampak untuk bersama-sama melakukan pemberdayaan, sebab jika tidak pernah hadir maka program pemberdayaan itu segera akan berubah menjadi  sebuah pembinasaan.

*Praktisi Pemberdayaan Masyarakat dan Akademisi ULM