Bagikan:
JAKARTA – Seiring dengan semakin terhubungnya dunia, kian banyak individu memilih untuk menetap di luar negeri. Entah untuk bekerja, pendidikan, atau alasan pribadi.
Bagi ekspatriat, meninggalkan kehidupan mereka dan pindah ke kota yang sama sekali berbeda bukanlah keputusan yang mudah.
Tinggal di kota baru bisa menjadi tantangan yang signifikan, dengan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, dan biaya hidup seringkali menjadi prioritas utama yang harus dihadapi.
Mercer, dalam laporan terbarunya yang baru dirilis, “Cost of Living City Ranking 2024,” telah mengevaluasi 226 kota berdasarkan biaya perumahan, transportasi, makanan, pakaian, barang rumah tangga, hiburan, dan faktor lainnya untuk mengidentifikasi kota-kota termahal di dunia pada tahun 2024.
Dikutip dari indianexpress, berikut kota termahal di dunia bagi ekspatriat pada tahun 2024:
Hong Kong, untuk kelima kalinya berturut-turut, kembali menjadi kota paling mahal di dunia bagi ekspatriat. Kota ini menawarkan gaya hidup dinamis dan kosmopolitan serta menarik banyak pekerja internasional.
Namun, kesulitan dalam mencari akomodasi yang terjangkau karena kelangkaan ruang hidup di sana semakin mempersulit para ekspatriat, yang juga berkontribusi pada reputasinya sebagai tujuan wisata termahal.
Lokasi strategis negara-kota tersebut, lingkungan politik yang stabil, dan kebijakan yang mendukung bisnis telah menjadikannya daya tarik bagi para talenta global.
Namun, popularitas ini juga telah mendorong kenaikan biaya hidup, khususnya di sektor perumahan, karena keterbatasan lahan dan peraturan tata kota yang ketat. Akibatnya, para ekspatriat sering kali harus mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk biaya sewa atau hipotek.
Zurich, ibu kota keuangan Swiss, kembali mempertahankan posisinya di peringkat ketiga sebagai salah satu kota termahal di dunia bagi ekspatriat. Kemakmuran kota ini, standar hidup yang tinggi, dan ekonomi yang kuat berkontribusi terhadap tingginya biaya hidup.
Jenewa, sebagai pusat global bagi organisasi internasional dan diplomasi, menempati posisi keempat sebagai kota termahal bagi para ekspatriat. Selain menjadi pusat kekayaan dan kemewahan, keterbatasan wilayahnya yang luas telah menyebabkan biaya hidup meningkat.
Para ekspatriat di Jenewa menghadapi biaya sewa yang tinggi, terutama di pusat kota, dan harus menghadapi harga barang dan jasa yang tinggi secara keseluruhan. Meskipun demikian, lokasinya yang strategis, lingkungan multibahasa, dan akses ke fasilitas kelas dunia membuat Jenewa tetap menjadi tujuan yang menarik bagi para profesional internasional.
Basel, kota lainnya di Swiss, masuk dalam lima besar tujuan wisata termahal bagi ekspatriat tahun lalu. Sebagai pusat industri farmasi dan kimia, Basel menarik banyak pekerja internasional.
Infrastruktur yang dikembangkan dengan baik, sistem perawatan kesehatan berkualitas tinggi, dan lingkungan budaya yang kaya tidak hanya meningkatkan daya tariknya, tetapi juga berkontribusi pada biaya hidup yang tinggi di kota ini.
Bern, sebagai ibu kota Swiss, naik menjadi kota termahal keenam bagi ekspatriat tahun ini, menggeser New York ke posisi ketujuh.
Infrastrukturnya yang berkembang baik dan akses ke layanan publik yang berkualitas tinggi menjadikan Bern sebagai tempat tinggal bagi komunitas diplomatik yang berkembang pesat dan sektor keuangan yang kuat. Hal ini berkontribusi pada tingginya biaya hidup di kota ini, di mana para ekspatriat menghadapi biaya perumahan yang tinggi.
Kota New York, sebagai ibu kota keuangan dan budaya Amerika Serikat, berada di peringkat ketujuh dalam daftar kota termahal bagi para ekspatriat. Cakrawala kota yang ikonik, lingkungan yang beragam, dan pengaruh globalnya menjadikannya tujuan yang sangat diminati oleh para profesional internasional.
Namun, popularitasnya telah meningkatkan biaya hidup di kota ini, khususnya bagi ekspatriat yang harus mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk biaya sewa, ditambah biaya transportasi yang tinggi (terutama taksi) dan kebutuhan dasar lainnya.
London, sebagai ibu kota Inggris, mengalami peningkatan peringkat yang signifikan, naik dari peringkat ke-17 menjadi peringkat ke-8 tahun ini, menjadikannya salah satu kota termahal bagi pekerja internasional.
Statusnya sebagai pusat keuangan global, ditambah dengan warisan budaya yang kaya dan populasi yang beragam, telah berperan dalam meningkatkan biaya hidup yang tinggi di London. Para ekspatriat di sana sering menghadapi tantangan biaya tinggi untuk perumahan dan kebutuhan sehari-hari lainnya.
Nassau, ibu kota Bahama, masuk dalam daftar 10 besar sebagai kota termahal kesembilan bagi ekspatriat. Selain dikenal sebagai tujuan wisata populer, Nassau juga merupakan pusat bisnis internasional yang telah menyebabkan kenaikan biaya hidup di sana. Para ekspatriat di Nassau harus membayar harga premium untuk perumahan, barang, dan jasa.
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 14 Jul 2024
Tulisan ini telah tayang di balinesia.id oleh Redaksi pada 16 Jul 2024